Wisma Karantina Bakal Dijaga, Penuhi Kebutuhan Posko

Wisma Karantina Bakal Dijaga, Penuhi Kebutuhan Posko

Rapit Tes Karena Gejala Flu ARGA MAKMUR RU - Dalam rapat koordinasi tim Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bengkulu Utara (BU), Senin (4/5) kemarin. Terungkap rencana untuk menerapkan kesiapan penjagaan di Wisma Karantina Kesehatan yang menjadi pusat karantina mandiri oleh ODP, OTG maupun orang dengan notifikasi di BU. Ketua Pelaksana Harian Tim Satgas Covid-19 BU, Dr Haryadi, S.Pd, MM, M.Si mengatakan, penjagaan dimaksudkan untuk memberi rasa aman kepada warga yang menjalani karantina mandiri, serta memberikan nyaman kepada masyarakat yang berada di kawasan Wisma Karantina. \"Kita akan menurunkan tim penjagaan di kawasan Wisma Karantina Kesehatan, dalam waktu dekat, akan bertugas di sana,\" ungkapnya. Selain penjagaan di Wisma Karantina, posko penjagaan di perbatasan juga menjadi perhatian tim Satgas. Sekda secara tegas memerintahkan tim untuk memenuhi kebutuhan pokok yang harus ada di Posko. Secara gamblang dikatakan Sekda, pusat penganggaran posko bersumber dari Tim Satgas Kabupaten dan wajib untuk dipenuhi. \"Jangan lagi ada kabar patungan, tidak lengkap atau kabar lainnya. Saya perintahkan untuk dicatat dan dipenuhi semua kebutuhan yang diperlukan,\" jelas Sekda. Rapid Test Bukan Karena Kontak dengan ODP Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu Utara (BU), Samsul Maarif, SKM, M.Kes kepada awak media mengatakan, dari total 50 orang Tenaga Kesehatan (Nakes) yang diwajibkan untuk mengisolasi mandiri, semuanya sudah dilakukan rapid test dan hasilnya unreaktif atau negatif. Meski demikian, berdasarkan protokoler penanganan Covid-19, 50 Nakes tersebut harus menjalani isolasi mandiri sembari menunggu hasil swab dari 4 Nakes lainnya yang sudah dinyatakan reaktif. \"Semua nakes yang kita wajibkan untuk mengisolasi mandiri sudah dilakukan rapid test dan hasilnya unreaktif,\" terang Maarif. Maarif juga menambahkan, rapid test terhadap Nakes dilakukan, bukan seperti info yang beredar karena didasarkan, pernah kontak fisik dengan ODP yang merupakan pasien cuci darah dan yang bersangkutan diketahui sudah meninggal dunia. Pasalnya, kata dia, dari hasil rapid test dan swab ODP tersebut, dinyatakan negatif Covid-19 begitupun dengan hasil tes dari keluarga yang bersangkutan, juga negatif. Dijelaskannya, rapid test terhadap Nakes ini dilakukan karena ada 2 orang Nakes yang mengalami gejala flu secara bersamaan dan sebagai antisipasi maka langkah rapid test diambil oleh tim gugus tugas. \"Bukan karena adanya ODP yang cuci darah dan diduga terpapar Covid-19, namun karena ada beberapa nakes yang mengalami flu maka dilakukannya rapid tes. Perlu diingat, positif dari hasil rapid test bukan berarti positif Covid-19,\" bebernya. Berkenaan dengan ODP yang sudah meninggal dunia, pihaknya tetap melakukan tracking dan melakukan rapid test lanjutan untuk warga yang mungkin berinteraksi dengan ODP itu. \"Rapid test akan kembali kita lakukan dihari kesepuluh mendatang. Semoga hasilnya negatif, namun masyarakat harus waspada tapi jangan panik berlebihan,\" tandasnya. Seperti diketahui, dari data sebelumnya menyebutkan, 16 orang tenaga kesehatan (Nakes) RSUD Arga Makmur memilih untuk melakukan isolasi di Wisma Karantina Kesehatan. Minggu (3/5) kemarin, ada penambahan 9 orang nakes yang memilih untuk mengisolasi diri sehingga total, 25 nakes dari RSUD Arga Makmur menjalani isolasi mandiri di tempat yang telah disediakan oleh pemerintah ini. SEMENTARA, 50 orang tenaga Kesehatan (Nakes) yang bekerja di RSUD Arga Makmur telah diwajibkan untuk mengisolasi diri paska 4 orang nakes yang hasil rapid tesnya positif. Namun dari 50 ini, hanya 25 orang yang memilih untuk isolasi di Wisma Karantina Kesehatan dan sisanya memilih untuk melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing. Sonia, salah seorang warga Karang Anyar I mengaku, khawatir dengan pemberitaan mengenai nakes yang reaktif serta puluhan nakes diwajibkan untuk melakukan karantina mandiri. Ia berharap, bukan hanya nakes yang dilakukan rapid test, namun keluarga para nakes juga dilakukan rapid test sebagai upaya antisipasi dini. \"Baiknya, keluarga dari nakes juga dilakukan rapid test karena mereka pastinya berinteraksi dan ini sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan yang bisa terjadi,\" harapnya. Hal ini dianggap perlu dilakukan karena melihat waktu adanya dugaan nakes yang sakit dan waktu rapid test sudah memakan waktu yang tidak sedikit dan tidak menutup kemungkinan rute perjalanan mereka, sudah pernah berinteraksi dengan orang lainnya di BU. \"Bukan mengitimidasi atau apa tapi ini penting dilakukan demi keselamatan kita bersama dan upaya untuk mendeteksi dini kemungkinan virus berbahaya ini,\" ungkapnya. (mae)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: