Sedot Rp 8 Juta Perhari, RSUD Arma Siap Tangani Pasien Terinfeksi Corona

Sedot Rp 8 Juta Perhari, RSUD Arma Siap Tangani Pasien Terinfeksi Corona

ARGA MAKMUR RU - Wabah Corona, memberikan ragam implikasi sosial, ekonomi hingga anggaran. Mungkin banyak yang belum tahu, dalam seharinya saja, rumah sakit rujukan seperti halnya RSUD Arga Makmur mesti mengeluarkan anggaran minimal Rp 8 juta per hari. Angka itu, baru dihitung dari salah satu perangkat wajib, untuk petugas yakni Alat Pelindung Diri (APD) yang merupakan barang habis pakai. Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), APD hanya bisa digunakan sekali saja untuk satu orang. Direktur RSUD Arga Makmur, dr Jasmen Silitonga,SPKK,MM, saat dikonfirmasi Radar Utara tidak menyangkal soal ini. Jasmen membenarkan saat ini pihaknya masih memiliki 6 unit APD dan bakal ada tambahan dari Provinsi Bengkulu. Penggunaannya pun bersifat habis pakai. Artinya, satu orang piket akan menggunakan satu APD dan tidak bisa digunakan oleh petugas lainnya. \"Saat ini kami memiliki 9 APD, jika 3 tambahan dari provinsi tiba. Karena APD ini menjadi standar penanganan, untuk kasus terkait Covid-19,\" kata Jasmen, kemarin. Jasmen juga menyampaikan, saat ini rumah sakitnya baru menangani 1 pasien. Itu pun dengan status Pasien Dengan Pengawasan (PDP), sehingga dalam seharinya masih belum membutuhkan banyak APD. Minimal 1 APD dalam harinya. Dokter spesialis Kulit dan Kelamin itu, menegaskan rumah sakitnya dalam posisi siap dan standar di bidang kelengkapan medis yang diperlukan dan dipergunakan, selaku rumah sakit rujukan yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). \"Kami pun telah melakukan pemasanan 140 APD via e-katalog yang dalam waktu dekat akan segera tiba,\" tegasnya. Disinggung soal alat tes virus corona atau rapid test? Yang kabarnya alat itu didatangkan dari China dan berkembang lagi rencana didatangkan dari Swiss, melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan rencananya akan didistribusikan ke rumah sakit rujukan, Jasmen menjelaskan secara umum rapid test hanya diperlukan untuk penanganan pascapenetapan seseorang itu dinyatakan positif Corona dan sudah sembuh. Artinya, lanjut dia, proses medis yang dilakukan bukan di tataran diagnosis tapi masih sebatas skrining. Tahapan diagnosa, kata dia lagi, dilakukan melalui sistem Swab yakni mengambil sampel dahak pasien dari dalam tenggorokan serta hidung PDP. \"Kemudian diuji klini melalui laboratorium di Balitbangkes Palembang, untuk wilayah Provinsi Bengkulu. Sampel Swab PDP kita sudah dikirimkan ke sana. Sesuai dengan arahan bapak Bupati Mian, kami mengharapkan masyarakat tetap tenang karena pemerintah tengah dan terus berbuat semaksimal mungkin dan doakan kami. Mari kita lanjutkan perjuangan bersama ini, demi untuk kita semua,\" lanjutnya. Selain itu Pemkab Bengkulu Utara (BU) melalui Bupati Mian, dan juga Tim Gugus Tugas (TGT) Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten BU juga akan menggelontorkan anggaran yang akan digunakan untuk kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19. \"Dukungan dari pemerintah dan TGT percepatan penanganan Covid-19 terus diberikan, semoga bisa menjadi semangat dari tim medis kami untuk terus melayani dan memberikan yang terbaik,\" harapnya. Bahkan, Jumat (20/3) kemarin Direktur RSUD beserta tenaga kesehatan lainnya menggelar aksi imbaun pada masyarakat untuk tetap berada di rumah sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran dari Covid-19. Aksi ini dilakukan dengan memegang kertas yang bertuliskan imbaun kepada masyarakat dan dilakukan dalam 3 bahasa yakni Indonesia, Inggris dan bahasa Rejang sebagai salah satu bahasa daerah. \"Sesuai dengan imbauan yang telah kita buat, kita berharap masyarakat bisa membantu dengan tetap berada di dalam rumah selama 14 hari kedepan dan itu merupakan salah satu upaya pencegahan penyebaran virus lebih banyak lagi,\" tandasnya. (bep/mae)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: