Kematian Penyu Diduga Akibat Infeksi Bakteri dan Keracunan

Kematian Penyu Diduga Akibat Infeksi Bakteri dan Keracunan

  • Yuliswani: Kalau Ada Pembanding, Sampaikan
BENGKULU RU - Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel yang dikirim Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor serta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, kematian puluhan ekor Penyu yang ditemukan di sekitar pantai Kelurahan Teluk Sebang diduga disebabkan infeksi bakteri dan keracunan. Ini terungkap dalam konfrensi pers yang disampaikan Asisten II Setdaprov Bengkulu, Hj Yuliswani, MM, BKSDA Bengkulu-Lampung, Dinas LHK Provinsi, dan BMKG Bengkulu, Jum\'at (31/1). Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung, Donal Hotasoit melalui Dokter Hewan, drh Erni Suyanti Musabine menyampaikan, berdasarkan surat Kepala BBPV Bogor No B-/16/PK.310/H.5.1/01/19/538 tanggal 20 Januari 2020 dengan perihal hasil pemeriksaan laboratorium, bahwa diagnosa umum mikroskopis dari spesimen penyu yang telah dikirimkan adalah Hepatik nekrosis parah. \"Kemudian hepatitis, enteritis parah, haemonrrhagi, hemosiderosis, myopathy dan myosis. Dari hasil itu maka diagnosanya adalah infeksi bakterial suspect Salmonellosis dan Clostridiosis. Hasil ini juga dipengaruhi spesimen yang dikoleksi dan dikirimkan sudah mengalami autolysis,\" ungkap Erni. Sedangkan, lanjut Erni, dari hasil pengujian No LB.19/538 BBPV Bogor, serra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian tanggal 10-11 Desember 2019. \"Dari pemeriksaan 11 spesimen organ Penyu, diketahui bahwa hasil pengujian toxicologi tidak menunjukkan nilai yang mempengaruhi mortalitas penyu. Kalaupun keracunan, itu diakibatkan makan plankton beracun,\" kata Erni. Sementara itu, Kadis LHK Provinsi Bengkulu, Ir Sorjum Ahyan, MT menyampaikan, pihaknya telah melakukan pengambilan sampel air di sepuluh titik pada sepanjang Pantai Kota Bengkulu, antara Pantai Sungai Hitam sampai dengan pelabuhan Pulau Baai. \"Hasilnya menunjukkan Uji Kualitas Air Laut adalah memenuhi baku mutu air laut sesuai dengan Permen LH No 51 Tahun 2004,\" terangnya. Ditambahkan Kepala BMKG Bengkulu, Kukuh Ribudiyanto mengatakan, pada waktu Penyu ditemukan mati, terjadi suhu muka laut dengan penyimpangan (Anomali) dingin di perairan sebelah barat Bengkulu. \"Kondisi itu terjadi antara bulan September hingga awal Desember, dimana suhu kurang dari normal berkisar 0,5 hingga 3 derajat celcius. Tapi sejak pertengahan Desember hingga sekarang, mulai kembali menghangat,\" jelas Kukuh. Dibagian lain, Asisten II Setdaprov mengampaikan, dari hasil uji laboratorium yang dilakukan, kematian Penyu sama sekali tidak memperlihatkan dampak dari keberadaan PLTU Bengkulu 2 x 100 Mega Watt. \"Tapi kalau masih ada pihak yang komplain, silakan sampaikan data pembanding. Sehingga tidak terkesan asal tuding saja,\" singkat Yuliswani. (tux)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: