Pembangunan Jembatan TAP Dinilai Warga Tak Sesuai Spesifikasi

Pembangunan Jembatan TAP Dinilai Warga Tak Sesuai Spesifikasi

TAP RU - Pembangunan jembatan Tanjung Agung Palik, Kabupaten Bengkulu Utara yang dilaksanakan oleh PT Adhi Dharma, melalui anggaran APBD Provinsi Bengkulu TA 2019 dengan total dana senilai Rp 3,2 Milar diduga tidak sesuai dengan spesifikasi. Temuan dugaan proyek bermasalah itu diketahui, setelah adanya peran pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat setempat, selama pelaksanaan pembangunan berlangsung. Nanak, salah seorang tokoh masyarakat Desa Tanjung Agung, menilai ada beberapa item pembangunan dalam pengerjaan abutmen jembatan yang terlihat tidak sesuai. Salah satunya soal pemasangan besi dan pembuatan beton pondasi jembatan. \"Pemasangan besinya tidak sebanyak jembatan yang ada di Desa Lubuk Gading. Kami lihat anyaman besinya cukup jarang. Sementara jembatan ini merupakan jembatan besar,\" ujarnya. Selain itu, untuk pembuatan landasan jembatan sendiri yang dalam pengetahuannya untuk spesifikasi pembangunan beton tidak diperbolehkan untuk menggunakan batu bujang. Dalam pengerjaan pengecoran abutemen itu, terlihat menggunakan batu bujang yang cukup banyak. \"Kami lihat waktu pengecoran kemaren, para pkerja memasukan batu bujang ke dalam sumur coran beton. Bahkan, mereka memasukan bukan hanya secara manual namun juga menggunakan alat berat. Sementara, standar pembuatan beton dalam mutu FC15 (Bahasa alam konstruksi pembangunan, red). Komposisinya tidak diperbolehkan menggunakan batu bujang. Namun harus memakai batu pecah atau split,\" jelasnya. Terpisah, PPT Pembangunan jembatan TAP, Zakaria, ST ketika dikonfirmasi RU melalui sambungan telepone, Senin (09/12) kemarin, mengatakan jika proses pembangunan jembatan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Meski, di sisi lain ia juga mengakui terkait penggunaan batu bujang dalam pelaksanaan pengecoran landasan jembatan tersebut. \"Memang ada, tapi dikit. Memang seperti itu. Desainnya memang seperti itu. Kami tidak menggunakan mutu FC15 tapi diatasnya yaitu FC20,\" jelasnya. Ia juga menerangkan, terkait penggunaan batu bujang tersebut memang dikatakannya bukan sebuah kesalahan, namun memang sudah sesuai dengan desain pembangunannya. \"Itu namanya beton siklop. Ketebalannya kurang lebih satu meteran. Tapi ditasanya tetap coran biasa. Yang jelas kami menggunakan standar pembangunan bermutu FC20 bukan FC15,\" demikian Zakaria. (sfa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: