Pembangunan Pabrik Karet Dinilai Hanya Wacana

Pembangunan Pabrik Karet Dinilai Hanya Wacana

AIR BESI RU - Keinginan memiliki pabrik pengolahan getah karet sendiri, seperti dijanjikan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara (BU). Nampaknya, hanya menjadi mimpi bagi kalangan petani komoditi karet di Bengkulu Utara. Pasalnya, hingga akhir tahun 2019 ini, kejelasan atas pembangunan pabrik yang dalam rencananya bakal dipusatkan di wilayah Kecamatan Kota Arga Makmur belum ada titik terangnya lagi. Hal ini dikatakan, Rudi salah seorang petani karet di Kecamatan Tanjung Agung Palik (TAP), menurutnya wacana pembangunan pabrik karet hingga saat ini tak kunjung ada realisasi. Padahal, petani sudah sangat berharap hal tersebut menjadi salah satu cara mendongkrak harga jual karet petani. \"Sekarang harga karet selalu turun. Maka, jika memiliki pabrik sendiri tentu harga jualnya bisa lebih tinggi karena kebutuhan mobilisasinya lebih murah dibandingkan harus ke pabrik luar daerah. Tapi sampai sekarang wacana pembangunannya tak kunjung ada wujudnya,\" ungkapnya. Senada juga disampaikan oleh Minul dan Icam petani di Desa Dusun Curup, Kecamatan Air Besi. Minul berharap dengan adanya pabrik sendiri, harga karet di petani tidak dimonopoli oleh perusahaan pabrik luar daerah. \"Harga karet di pabrik luar provinsi lebih mahal dibandingkan di Provinsi Bengkulu. Maka harapan kami jika punya pabrik sendiri daerah bisa ikut serta mengontrol harga jual petani sehingga lebih stabil,\" pinta pria yang juga merupakan pengepul getah karet ini. Ia menambahkan, harga beli di petani saat ini hanya berkisar Rp 5.500 per kilogram sampai dengan Rp 6.000 per kilogram untuk harga karet basah dan berkualitas baik. \"Kalau untuk penjualan getah karet kering di kisaran Rp. 7.500 per kilogram,\" jelasnya. Ditambahkan Icam, dengan harga jual yang terus mengalami penurunan itu. Tentu membuat penghasilan para petani melemah dan mempengaruhi ekonomi keluarga. \"Untuk dua hektar lahan karet saya dengan harga yang sekarang dalam satu minggunya hanya mampu menghasilkan uang Rp 900.000. Padahal biaya rumah tangga cukup banyak yang harus dipenuhi,\" keluhnya. Sementara itu salah satu pengepul karet di Desa Penyangkak, Kecamatan Air Besi, Hamdan, AR juga mengeluhkan hal sama. Dengan kondisi cuaca kemarau yang terjadi sejak beberapa bulan lalu, ditambah dengan harga karet yang kian terus menurun membuat hasil pembelian getah karet juga menurun. \"Selain getahnya sedikit. Sebagian petani enggan nyadap karet karena harga jualnya murah sekarang,\" tandasnya. (sfa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: