Mengais Rezeki di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Mengais Rezeki di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

  • Istri Sakit, Sampah jadi Penyambung Hidup
HIDUP terkadang menjadi sedemikian berat. Tapi percayalah, selagi kita mau, pasti selalu ada jalan. Seakan hal ini menjadi filosofi yang dilakoni pemulung sampah yang kini kian menua. Selain dari gajinya sebagai honorer petugas kebersihan yang menurunkan sampah dari mobil pengangkut, Mahyuni mengumpulkan barang-barang bekas layak jual untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Seperti apa kesehariannya? Simak laporan berikut; HENDRA DARTA - ARGA MAKMUR Tak ingin pasrah begitu saja pada nasibnya sebagai honorer yang upahnya tak seberapa, Mahyuni, 63 tahun warga Desa Kali ini pun berjibaku mengais tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk mencari barang-barang bekas yang masih dapat dijual untuk sekedar mendapat tambahan penghasilan. Di tengah teriknya matahari, saat ditemui Radar Utara, Sabtu (26/1/2019) bapak 3 orang anak ini mengaku melakoni pekerjaan ini setiap hari. Pasalnya, kini sang istri pun sedang dalam keadaan sakit dan membutuhkan perhatian kesehatan lebih. \"Sudah satu bulan ini istri saya sakit. Kakinya sakit dan tidak kuat untuk berjalan,\" katanya lirih. Meski demikian, Mahyuni mengaku masih beruntung lantaran termasuk sebagai warga penerima Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Selain sangat membantu dalam proses penyembuhan sang istri, KIP pun menurutnya membantu dalam pembiayaan anak bungsunya yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tak hanya dirinya, anak pertama dan keduanya pun mengikuti jejaknya menjadi honorer di TPA dan mengais rejeki dari tumpukan sampah untuk menyambung kehidupan mereka. Awalnya, Mahyuni mengaku merasa jijik ketika mulai mengais-ngais tumpukan sampah lantaran bau dan jenis kotoran yang terkadang ada berbagai jenis bangkai. \"Pertama dulu sampai nggak nafsu makan karena teringat sampah-sampah yang saya korek-korek. Apalagi sempat malu juga sama orang-orang. Tapi lama kelamaan menjadi terbiasa,\" lanjutnya. Kini Ia tak lagi peduli dengan padangan sebelah mata dari orang-orang, yang terpenting menurutnya pekerjaan yang dilakoninya halal dan tidak merugikan orang lain. \"Yang terpenting saya tidak mencuri. Rezeki ini halal dan bisa menambah penghasilan,\" ungkapnya. Dari hasil memulung ini, Mahyuni mengaku mendapatkan uang sekitar Rp 300 ribu per bulan. Ini dari kardus bekas, besi dan sampah plastik yang dikumpulkan untuk dijual lagi pada pengepul barang-barang bekas. \"Uang ini bisa jadi tambahan untuk sekolah anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fisik saya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja lebih keras lagi. Tapi semoga saya masih bisa menjaga istri dan menyekolahkan anak saya yang bungsu.\"Sungguh, semoga harapan yang mulia ini terkabulkan. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: