Hujan Melulu, Petani Karet “Menjerit”

Hujan Melulu, Petani Karet “Menjerit”

LAIS RU - Tingginya curah hujan yang melanda Kabupaten Bengkulu Utara (BU) khususnya sejak beberapa Minggu terakhir, membuat para petani didaerah ini menjerit. Betapa tidak, hujan yang turun setiap hari berdampak pada usaha warga untuk menghasilkan getah yang banyak. Seperti yang dituturkan Yanto, warga Desa Taba Baru Kecamatan Lais. Diakui Yanto, pascamusim hujan, produksi karet petani semakin kecil, disamping harga karet yang tak kunjung naik. \"Kondisi saat ini sangat rumit bagi para petani, Karena curah hujan masih tinggi apalagi hujan terus terjadi pada siang dan malam hari. Jadi bagaimana kami para petani akan dapat memotong karet. Bukan itu saja dengan kondisi seperti ini akan menambah penderitaan bagi kami para petani karet,\" keluhnya. Apalagi ujarnya, sebagian petani karet tidak memilik usaha sampingan lain, selain dari bergantung kepada penjualan getah karet. Sementara kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan anak dan kebutuhan lain merangkak naik.Tak jarang pula, kata dia saat ini banyak petani yang terpaksa menambah piutang terlebih dahulu kepada induk semang, agar dapur tetap mengepul dan pendidikan anak tetap berlanjut. \"Mudah-mudahan kondisi ini tidak berlangsung lama, karena memang sangat menyulitkan para petani,\" harapnya. Hal senada juga diutarakan, Manzir. Petani karet asal Desa Suka Langu ini mengaku, tidak dapat berbuat banyak pascamusim hujan tiba. Pasalnya, jika tetap menyadap getah karet tentu akan sia-sia saja. Karena tidak akan ada getah karet, jika tetap diguyur hujan. \"Belum lagi harganya yang semakin turun setiap harinya. Pasti kondisi ini juga sama dirasakan oleh seluruh petani karet di daerah ini. Kalau selama satu bulan hujan menguyur, selama itu juga kami tidak dapat mengumpulkan getah karet,\" akunya. Camat Lais, Heri Sulfana juga tidak memampik atas kondisi para petani karet di wilayah tugas saat ini. Ia berpesan agar petani karet dapat mencari pekerjaan sampingan, hingga menunggu cuaca kembali normal. \"Saya pun prihatin. Terutama warga yang hanya bergantung nasib kepada hasil penjualan getah karet. Namun alangkah baiknya para petani karet lebih berfikir kritis, guna menyambung hidup. Karena tak harus bergantung dari hasil kebun, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,\" tukasnya. (jho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: