Belajar Beralaskan Tikar, Kepsek Terus Nangis

Belajar Beralaskan Tikar, Kepsek Terus Nangis

Sudah 5 hari lamanya, tepatnya pada Rabu (2/8) insiden kebakaran hebat melanda MTS Negeri 3 Kabupaten Bengkulu Utara (BU), Kecamatan Lais terjadi. Namun kesimpang-siuran soal sumber api, masih menjadi bahan perbincangan masyarakat. Ada yang menduga akibat korsleting listrik, dan ada pula yang mengira berasal dari sisa kayu bakar. Di balik kesimpang-siuran sumber malapetaka tersebut, tersimpan cerita haru yang hingga saat ini tetap tersimpan di ingatan keluarga besar MTSN 3 BU. Simak laporan berikut; JHONY ISKANDAR - LAIS PASCAMUSIBAH kebakaran hebat hingga meratakan 3 ruang belajar (rumbel) di sekolah ini terjadi. Wartawan koran ini, pada Jumat (4/8) kembali menyambangi sekolah guna melihat secara langsung aktivitas sekolah. Di sela-sela berbincang langsung dengan sejumlah tenaga pendidik, tepat pada pukul 08.00 WIB, bel tanda dimulainya belajar-mengajar berbunyi. Para siswa/i yang semula masih berupaya mencari aset berharga, ditumpukan puing-puing sisa kebakaran langsung masuk ke ruang belajar masing-masing. Namun tidak dengan 78 pelajar lainnya. Para pelajar kelas 7 harus bergantian demi tetap mengikuti proses belajar-mengajar sebagaimana mustinya. Maklum saja, tiga ruangan yang ludes terbakar itu merupakan aset tunggal demi mengejar cita-cita para pelajar tersebut. Selama mengikuti Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM), hanya tampak 5 bangku yang disediakan sekolah. Maklum saja, selain keterbatasan ruang belajar, pascaberdiri pula, sekolah yang diresmikan pada Tahun 2005 silam juga masih minim bangku belajar. Terpaksa, siswa/i pun harus bergantian untuk menggunakan bangku belajar tersebut. Meskipun dalam kondisi darurat, namun hal itu tidak menjadikan para pelajar putus asa dalam mengejar pendidikan. Berada di satu ruangan yang semula dijadikan ruang tenaga pendidik, dengan beralasan tikar, siswa/i tampak tetap fokus untuk belajar. Ada yang belajar dengan posisi tubuh sengaja direbahkan di atas tikar, dan ada pula yang belajar sambil berdiri. Maklumlah, satu ruangan yang disediakan hanya mampu menampung 10 orang. Sedangkan ada puluhan pelajar yang menanti proses belajar secara maksimal. \"Kami ikhlas belajar seperti ini. Yang terpenting, kami tetap belajar meskipun saat ini terpaksa belajar di atas tikar,\" kata Febri, salah satu pelajar. Sekitar pukul 10.00 WIB, bel tanda istirahat pun berbunyi. Meski sekolah memberikan waktu 10 menit agar para pelajar beristirahat sebelum memasuki proses belajar-mengajar selanjutnya. Namun waktu singkat itu tidaklah dipergunakan untuk belanja ataupun menyantap makanan yang sebagian pelajar sengaja membawa dari rumah. Melainkan, secara beramai-ramai pelajar kembali menyambangi ruang sisa kebakaran untuk mencari buku pelajaran yang masih dapat dipergunakan. Satu-persatu puing sisa kebakaran diangkat dan dipindahkan dari posisi semula. Dan satu-persatu buku pelajaran yang tak hangus dipindahkan oleh pelajar agar nantinya dapat dipergunakan kembali. \"Ini inisiatif kami sendiri. Karena kami yakin, masih ada benda berharga yang masih dapat diselamatkan. Dan alhamdulillah, ada buku pelajaran yang masih layak untuk digunakan,\" ujarnya. Tak hanya para pelajar, diiringi isak tangis haru, para tenaga pendidik yang dipimpin langsung oleh Mukhlis, S.Pdi selaku kepala sekolah (kepsek) pun turut serta guna mencari benda berharga dengan harapan dapat untuk diselamatkan. \"Mau tidak mau, hanya ada satu ruangan itu saja yang dapat digunakan. Maklum saja, sekolah ini memang masih keterbatasan fasilitas,\" keluh Mukhlis. Setelah turut andil membongkar sisa puing kebakaran, Mukhlis juga menceritakan awal mula insiden kebakaran hebat terjadi. Kala itu, lanjut Mukhlis, kondisi sekolah memang sudah sepi. Hanya ada dirinya bersama penjaga sekolah. \"Tiba-tiba saja asap mengepul tampak keluar dari bagian kantin sekolah. Kami juga tidak dapat memastikan asal sumber api itu. Tetapi yang patut disyukuri sekarang, antusias pelajar dan tenaga pendidik tetap kokoh demi merajut asa meraih prestasi. Meskipun saat ini memang kondisinya serba keterbatasan,\" tuturnya. Soal kerugian materi? Sembari memindahkan barang yang dapat diselamatkan, Mukhlis mengaku kerugian materi tentu tidaklah sedikit. Karena bukan hanya 3 ruang belajar, hampir seluruh isi ruangan juga ludes terbakar. \"Setelah musibah ini terjadi, pihak Kemenag BU juga telah melihat sekaligus mendata kerugian sisa kebakaran. Dan ada pula, masyarakat sekitar memberikan bantuan berupa papan dan tentunya kami sangat berterimakasih atas bantuan ini. Diperkirakan pula, kerugian materi mencapai Rp 300 juta-an. Tentunya saya mewakili keluarga besar MTSN 3 BU, berharap sekali agar ruang belajar itu dapat segera dibangun. Air mata tetap tidak dapat terbendung jika tetap melihat kondisi sekolah seperti ini. Apalagi siswa/i terpaksa harus menggunakan ruang sempit, demi terus mengejar cita-cita mereka,\" harap Mukhlis. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: