Di Tiongkok, acar juga sudah lama dikenal, terutama melalui fermentasi kubis dan lobak.
Tiongkok juga mengembangkan metode fermentasi yang unik dan menghasilkan variasi acar yang berbeda-beda, seperti suan cai yang populer di sana.
BACA JUGA:Skincare yang Tepat Wajib Kamu Pakai untuk Redakan Jerawatmu
BACA JUGA:Simak 4 Tips Memilih Sunscreen untuk Kulit Kering
Acar menyebar ke Eropa pada abad pertengahan. Di Eropa, timun dan sayuran lainnya direndam dalam cuka untuk menciptakan rasa asam yang menyegarkan.
Teknik ini berkembang lebih lanjut di Jerman dan Eropa Timur, yang menghasilkan variasi seperti sauerkraut (kubis acar) dan acar timun khas Eropa.
Acar semakin berkembang di dunia modern dan dikonsumsi hampir di semua budaya, dengan berbagai macam bahan dan metode pengawetan.
Di Amerika, misalnya, acar sering kali berbentuk acar timun dalam cuka, sementara di Korea acar berkembang menjadi kimchi, yang diakui sebagai makanan bernilai budaya tinggi.
BACA JUGA:6 Jenis Buah yang Baik Dikonsumsi Saat Terserang Batuk Pilek
BACA JUGA:Kreasi Sambal Ikan Laut dengan Tambahan Bumbu Tauco
Khasiat Mengonsumsi Acar
- Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Proses fermentasi pada acar menghasilkan probiotik, yaitu bakteri baik yang bermanfaat untuk kesehatan usus.
Probiotik membantu memperbaiki flora usus dan meningkatkan fungsi pencernaan, yang dapat mencegah masalah pencernaan seperti sembelit dan kembung.
- Sumber Antioksidan
Sayuran yang dijadikan acar, seperti timun atau wortel, mengandung vitamin C dan E yang berfungsi sebagai antioksidan.