RADARUTARA.ID- Musala Hotel Dar Hassan di Kawasan Misfalah Kota Makkah, masih seperti biasanya. Dimana saban waktu Maghrib tiba selalu dipenuhi oleh jemaah haji. Tidak terkecuali pada Rabu lalu, 05 Juni 2024. Jemaah salat meluber sampai pengelolanya menambah karpet untuk saf paling belakang.
Namun nuansa ganjil terasa dalam pelaksanaan ritual ibadah salat pada Maghrib itu. Ada suara-suara batuk yang saling bersahutan. Sampai imam mengucap salam, dilanjut zikir dan membaca doa, sampai jemaah bubar pun suara batuk tetap sama.
"Jaga kesehatan mas, iya ini lagi banyak yang sakit batuk," kata seorang ibu-ibu jemaah haji bernama Dayah usai salat.
Dayah sendiri memakai masker medis dan nampak kurang enak badan. Ia terlihat membetulkan maskernya yang sempat miring, kemudian berlalu pergi sambil sesekali memegang dada menahan batuk.
Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Enny Nuryanti, sebelumnya pernah mengingatkan akan bahaya penyakit gangggguan pernapasan (ISPA). Di klinik kesehatan, kata dia, ada banyak pasien yang dirawat karena ISPA.
ISPA kemudian menurun sampai gangguan paru atau pneumonia. Ia melanjutkan, salah satu penyebabnya karena udara panas. Saat ini di Makkah udara mencapai 43 hingga 46 derajat celcius.
"Saat berada di kloter terkena ISPA terus imunnya menurun dan geriatri hingga menyebabkan infeksi di paru. Saat ini kasus ISPA semakin banyak di kloter," kata Enny.
Sebab itu, Enny menuturkan, jemaah wajib mengenakan masker ke mana pun pergi. Bahkan saat beribadah di masjidil haram. Ia juga mengingatkan agar jemaah berhenti merokok saat berada di Tanah Suci.
Pernyataan Eny ini segendang sepenarian dengan data yang diungkap Koordinator Obat dan Perbekalan Kesehatan Arab Saudi, Ahadi Wahyu Hidayat. Ia mengatakan, menjelang Armuzna ini ketersediaan obat masih mengacu pada 10 penyakit terbesar yang diidap jemaah.
"Semua diukur dari konversi terhadap penggunaan obat-obatan. Dan 70 persen obat untuk gangguan pernafasan ISPA dominan, lalu obat kombinasi flu," ujarnya.
"Kemudian hipertensi dan pencernaan (antasida) dan antibiotik. Terhadap penggunaan obat untuk 10 jenis penyakit para jemaah haji ini kondisi saat ini aman," katanya.
Ahadi melanjutkan, untuk ketersediaan stok obat penyakit pernafasan sendiri saat ini masih sekitar 50 persen. Selebihnya, yang digunakan mencapai 15 persen, dan didistribusikan ke sektor-sektor mencapai 35 persen.*