Mengulik Lebih Dekat Desa 'Lontong' di Banyuwangi

Sabtu 08-06-2024,10:34 WIB
Reporter : Sigit Haryanto
Editor : Septi Maimuna

RADARUTARA.ID- Hampir sebagian besar desa di Banyuwangi, menyimpan potensi ekonomi yang menjanjikan. Salah satunya adalah dusun Karanganyar, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu yang terkenal dengan julukannya sebagai Desa Lontong. Desa, ini disebut sebagai desa lontong karena potensinya sebagai sentra produksi lontong di Banyuwangi. 

Setiap hari, ribuan lontong diproduksi dari desa ini. Ada 28 industri lontong rumahan di dusun ini. Umumnya, satu tempat memproduksi sekitar 1.000 lontong/harinya untuk memenuhi permintaan pasar. Bahkan, beberapa orang di desa ini mampu memproduksi lebih dari 1.500 lontong.

Seorang warga yang memproduksi lontong adalah Nur Kholis. Ia, sudah mengelola usaha produksi lontong sejak 2002. Berawal dengan hanya 5 Kg beras, Nur Kholis sekarang, sudah berkembang dan menghabiskan 50 Kg beras setiap harinya. 

"Usaha lontong di Karanganyar sudah terkenal dari dulu. Saya awalnya merintis menjajakan ke lingkungan sekitar. Alhamdulillah sekarang bisa ikut membuka lapangan kerja buat orang lain," ujar Nur Kholis, Kamis 6 Juni 2024.

BACA JUGA:Ternyata Begini Cara Pindahkan Tiang Listrik PLN di Depan Rumah, Berikut Rincian Biayanya

Lontong buatan desa ini menggunakan lembar daun pisang dan dimasak dalam tungku besar selama 8 jam.

Setiap hari, Nur Kholis membutuhkan setengah kuintal beras untuk menghasilkan 1.500-1.800 lontong. Satu lontong di jual dengan harga Rp 1.000. Dengan demikian, Nur Kholis bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 1,5 juta tiap hari.

Jumlah, ini terus bertambah saat momen-momen tertentu. Seperti saat Lebaran, ia bisa membuat lontong dari 3 kuintal beras.

Dikatakan Nur Kholis, lontong di desa ini terkenal karena sangat dijaga kualitasnya. Saat harga beras mahal, Nur Kholis dan teman-temannya tidak menurunkan kualitas beras buatannya.

"Kami terus berupaya di tengah harga beras dan bahan pokok yang tidak menentu, tetap mempertahankan kualitas lontongnya. Jadi saya tidak apa beli walaupun agak mahal, yang penting konsumen puas," ungkapnya.

BACA JUGA:Sedekah Rame, Upacara adat Bengkulu yang di Adopsi dari daerah Kesultanan Palembang

Tiap rumah produksi memiliki pasar masing-masing. Ada yang memenuhi kebutuhan di pasar-pasar tradisional, ada pula untuk kebutuhan warung-warung.

"Masing-masing punya pasarnya sendiri. Saya memenuhi penjual bakso dan lainnya. Ada juga yang memasok untuk pasar Genteng, Rogojampi, Muncar, hingga Wongsorejo," jelas Nur Kholis.

Saat menggelar program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Karangsari, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, turut melihat proses pembuatan lontong. Ipuk, juga menikmati lontong buatan desa ini.

"Bentuknya sangat rapi. Rasanya juga enak, legit dan tidak keras. Lontong sudah menjadi makanan yang akrab di lidah orang Indonesia. Bisa untuk lontong kikil, bakso, gado-gado dan makanan lainnya. Jadi permintaannya cukup besar," kata Ipuk.

Kategori :