RADARUTARA.ID- Pantai Tapak Paderi adalah objek wisata yang terletak di Kecamatan Sungai Serut, Provinsi Bengkulu.
Untuk sampai ke lokasi wisata Pantai Tapak Paderi, kamu bisa menggunakan transportasi darat dari Kota Bengkulu atau kota-kota lainnya yang tersedia di provinsi tersebut.
Adapun, rute yang biasa digunakan yakni sebagai berikut:
Salah satu keunggulan di Pantai Tapak Paderi yakni lokasinya yang strategis. Cuma membutuhkan waktu 10 menit dari pusat Kota Bengkulu, kamu bisa dengan mudah mengunjungi pantai ini. Bahkan, pantai ini juga terhubung langsung dengan Pantai Panjang dan Pantai Jakat Kota Bengkulu melalui bermacam jalur transportasi, yakni jalur laut, darat, dan udara.
BACA JUGA:Wisata Sejarah di Bengkulu : Begini Kondisi Bunker Jepang Tapak Paderi yang Sudah Terlupakan
Pantai Tapak Paderi juga mempunyai sejarah yang menarik dan konon mempunyai asal-usul yang legendaris dalam budaya lokal Bengkulu.
"Tapak Paderi" secara harfiah bermakna "Jejak Pendeta" dalam bahasa Indonesia.
Konon katanya, nama Pantai Tapak Paderi asalnya dari jejak seorang pendeta yang meninggalkan jejak kaki di atas batu karang besar di pantai.
Berdasarkan cerita rakyat setempat, jejak kaki tersebut dipercaya sebagai jejak seorang pendeta suci yang mempunyai kekuatan mistis.
BACA JUGA:Warga Pulau Enggano Butuh Penambahan Akses Perbankan
Legenda ini membuat tempat ini dengan sebutan "Tapak Paderi" dan menjadi tempat yang dipercaya mempunyai aura spiritual dan keberuntungan untuk mereka yang datang dan mengunjunginya.
Pantai Tapak Paderi juga terkenal karena terdapat batu karang besar yang ada di sepanjang garis pantainya, sehingga memberikan suasana pantai yang unik dan menarik.
Tempat ini kerap menjadi tujuan wisatawan yang ingin melihat pemandangan alam yang indah, suasana pantai yang tenang, dan tentu saja, demi melihat pesona Tapak Paderi yang legendaris itu.
Karena keindahannya, Pantai Tapak Paderi berhasil menjadi salah satu objek wisata terkenal di Bengkulu dan terus menarik wisatawan lokal hingga mancanegara untuk mendatanginya.*