RADARUTARA.ID - Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2006 menjadi salah satu bencana alam paling mematikan di Indonesia. Selain memakan korban jiwa yang banyak, erupsi tersebut juga meninggalkan kisah-kisah pilu, salah satunya adalah tragedi Bunker Kaliadem.
Bunker Kaliadem merupakan sebuah bangunan yang dibangun untuk menjadi tempat perlindungan bagi warga yang tinggal di sekitar Gunung Merapi. Bangunan tersebut dirancang untuk tahan terhadap terjangan awan panas dan material vulkanik. Namun tidak dengan lahar panas.
Pada saat erupsi Gunung Merapi tahun 2006, bunker tersebut justru menjadi tempat kematian bagi dua orang relawan, yaitu Sudarwanto dan Sarjono.
Saat itu, Sudarwanto tengah bertugas menjaga bunker tersebut. Sementara itu, Sarjono sedang membantu evakuasi warga di sekitar Kaliadem. Tiba-tiba, erupsi terjadi, melihat itu Sarjono berlari memperingati warga untuk segera masuk ke dalam Bunker. Namun seolah tidak memperhiraukan peringatan Sarjono warga lebih memilih melarikan diri menuju arah sawah ketimbang masuk ke dalam Bunker.
BACA JUGA:7 Keutamaan Menahan Amarah Bagi Seorang Muslim Sesuai Hadits Rasulullah
Karena tidak ada satupun warga yang mengikuti mereka alhasil mereka memutuskan untuk berlindung ke dalam bunker selama erupsi terjadi. Namun sayangnya hal tersebut tidak sanggup melindungi mereka dari panasnya lahar gunung Merapi tanda.
Yang menembus masuk ke dalam bunker. Di dalam bunker keduanya berada dalam kondisi terpisah ditambah lagi dengan keadaan bunker yang bocor yang menyebabkan lahar panas masuk ke dalam.
Hawa panas di dalam bunker layaknya seperti oven raksasa yang membakar sisi di dalamnya ada. Menyebabkan keduanya tidak mampu bertahan yang pada akhirnya meninggal dunia. Jenazah keduanya baru dapat dievakuasi setelah 2 hari kemudian dikarenakan kondisi bunker yang tertutup material vulkanik.
BACA JUGA:Reward Insentif Fiskal, Bengkulu Utara Terima Tambahan Dana Desa Rp6,9 Miliar
Yang lebih mengerikan lagi saat dibuka pintu bunker memiliki suhu mencapai 700 derajat. Kondisi tersebut jelas saja menandakan tidak ada makhluk hidup yang mampu hidup dalam kondisi seperti itu di mana jenazah Sarjono ditemukan di dekat pintu masuk dengan kondisi hangus dan kulitnya melepuh. Sedangkan Sudarwanto ditemukan di dalam bak mandi dengan air yang masih mendidih.
Tragedi Bunker Kaliadem menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Kita harus selalu waspada terhadap potensi bencana alam, termasuk erupsi gunung berapi. Kita juga harus mematuhi instruksi petugas saat terjadi bencana alam.
Kini, Bunker Kaliadem sudah tidak digunakan sebagai tempat perlindungan. Bangunan tersebut kini menjadi salah satu monumen peringatan tragedi erupsi Gunung Merapi tahun 2006.*