RADARUTARA.ID - Jika membahas soal oleh-oleh, kota Bengkulu mempunyai beraneka ragam makanan dan minuman yang bisa dicicipi, salah satunya yaitu perut punai.
Perut punai adalab kue tradisional khas Bengkulu yang memiliki bentuk menyerupai usus yang dililitkan. Kue ini umumnya dihidangkan sebagai cemilan di bermacam tempat hajatan, mulai dari perkawinan, lebaran, hingga khitanan.
Nama punai sendiri diambil dari nama jenis burung yang hidup di hutan. Selain perut punai, ada sebagian masyarakat yang menyebut sajian ini dengan berbagai nama, diantaranya ada juada karei, juada keras, dan arai pinang.
Kue ini terbuat dari tepung beras, gula, kapur sirih, dan garam. Tetapi, sekarang ini penggunaan tepung beras sudah diganti dengan tepung sagu.
Zaman dulu, pembuatan perut punai dengan bahan dasar tepung beras masih diolah secara tradisional, yakni dengan cara menumbuk beras. Kemudian, beras yang sudah ditumbuk akan dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari.
Untuk menambahkan rasa, biasanya ada beberapa bahan perasa yang akan ditambahkan, diantaranya seperti cabai untuk yang suka pedas, gula untuk yang suka manis, dan ebi untuk pecinta asin. Kalau dahulu tepung beras harus ditumbuk dan dijemur, berbeda di zaman kini, masyarakat setempat menggunakan tepung sagu dengan cara disangrai sampai kering.
Kemudian, air dipanaskan dengan menambahkan garam dan kapur. Jika air kapur sudah mendidih, selanjutnya masukkan air ke dalam wadah yang sudah berisi tepung dan diadon sampai mengental.
Lalu adonan dibentuk seperti batangan berbentuk bulat dan panjang, dengan ukuran rsekitar satu jengkal orang dewasa. Bulatan-bulatan tersebut lalu dililitkan menyerupai usus.
Adonan tersebut lalu digoreng dengan minyak panas sampai berubah warna kecokelatan. Waktu yang diperlukan untuk menggoreng perut punai sekitar 15 menit dengan api yang menyala tidak terlalu besar.
Kemudian, perut punai diangkat, didinginkan, lalu ditiriskan sampai kandungan minyaknya semakin hilang. Jika proses pengeringan sudah selesai, perut punai pun siap untuk dihidangkan.
Sekarang ini, beberapa orang juga menambahkan proses pemberian gula setelah perut punai sudab dikeringkan. Pemberian gula tersebut juga akan memberikan banyak rasa pada camilan tradisional khas Bengkulu ini.
Beberapa rasa yang ditawarkan juga beragam, ada yang asin, manis, pedas, sampai rasa ebi. Sekarang ini, camilan perut punai masih diproduksi oleh masyarakat lokal. Selain itu, kue ini juga menjadi salah satu oleh-oleh Bengkulu yang sering diborong wisatawan.*