RADARUTARA.ID- Berita tentang pelamar kerja yang gagal lolos seleksi karena memiliki skor kredit macet menjadi heboh di media sosial. Meskipun pelamar tersebut baru saja lulus dari perguruan tinggi, hal ini menjadi perhatian.
Menanggapi situasi ini, Bhima Yudhistira Adhinegara, Direktur CELIOS, menyarankan agar generasi muda lebih berhati-hati saat menggunakan layanan paylater atau pinjaman online. Dia menekankan pentingnya tidak meremehkan kewajiban membayar cicilan, bahkan jika jumlahnya kecil.
Dia menyatakan bahwa banyak anak muda tergoda dengan FOMO (fear of missing out), sehingga sering menggunakan layanan paylater tanpa pertimbangan matang, terutama di kalangan mahasiswa.
Bhima juga menyarankan agar tidak terlalu mudah mengajukan pinjaman online atau paylater, terutama jika kebutuhannya bersifat konsumtif.
BACA JUGA:Terjebak Paylater, Pemerintah Diminta Edukasi Keuangan Pada Generasi Muda
BACA JUGA:Dipastikan Jasa Raharja Tak Akan Santuni Korban Kecelakaan karena Alasan Ini
Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, menjelaskan bahwa setiap transaksi kredit dicatat dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), yang sebelumnya dikenal sebagai BI Checking.
Jika seseorang menunggak pembayaran, hal ini bisa mempengaruhi peluang mereka mendapatkan pekerjaan atau mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR).
Friderica juga menekankan pentingnya pemahaman tentang perilaku keuangan, terutama bagi anak muda. Dia mengingatkan bahwa penggunaan pinjaman online sebaiknya tidak semata-mata untuk gaya hidup atau konsumsi. Fenomena seperti FOMO dan keinginan untuk mengikuti tren bisa membuat anak muda terjebak dalam hutang pinjaman yang sulit diselesaikan.
Dalam konteks ini, Friderica juga mengingatkan bahwa ada risiko pinjaman ilegal yang perlu dihindari. Penggunaan yang cerdas dan bijaksana terhadap layanan keuangan menjadi kunci untuk menghindari masalah finansial di masa depan.*