Mereka berharap lingkungan rumah tangganya bersih dari asap, debu, dan zat berbahaya agar kesehatan orang-orang yang dikasihinya terjaga.
Mereka pun ingin suaminya terjaga dari penyakit mematikan yang sewaktu-waktu mengintai, seperti serangan jantung, kanker, dan stroke. Mereka tak ingin jadi janda apalagi ketika anak-anaknya masih kecil.
Bagaimana dengan perempuan yang mau menikah dengan perokok? Pastilah hati kecilnya ingin setelah menikah suaminya berhenti merokok.
Mereka berdoa kepada Tuhan agar suaminya diberi hidayah dan berhenti merokok. Sebab, jika tidak begitu, mereka harus memendam rasa nyaman selama berinteraksi dengan suaminya; mulut, napas, dan badannya berbau rokok.
Jika Anda perokok, lebih baik pilih perempuan yang juga perokok. Dijamin perempuan itu tidak akan menunjukkan perasaan tidak nyaman selama Anda berinteraksi dengannya.
Anda pun tidak akan dilarang merokok atau didoakan agar diberi hidayah Tuhan agar berhenti merokok.
Dengan sama-sama perokok, Anda dan pasangan bisa secara berimbang mengalokasikan dana pembelian rokok dalam anggaran rumah tangga. Juga anggaran jika sama-sama terserang penyakit akibat konsumsi rokok.
Atau, jika Anda tetap merokok dan perempuan itu rela menjadi istri Anda, penuhi harapan-harapannya jika ingin dia kelihatan tulus senyum bahagia.
Misalnya, sikat gigi sebelum adu bibir, mandi sebelum berhubungan, dan tidak merokok di dekatnya. Percayalah, dia perempuan hebat yang rela memendam kenyamanan hidupnya demi kebahagiaan Anda.
BACA JUGA:Meski Sudah Beristri, 4 Tanggal Lahir ini Ternyata Jago Selingkuh
9. Pembohong
Tak ada perempuan yang suka dibohongi. Sebab dibohongi lebih pahit daripada oseng daun pepaya. Mereka membangun relasi berdasarkan kejujuran dan saling percaya.
Hanya kepada suaminyalah semua rahasia hidupnya dibuka. Jika suami tidak bisa dipercaya, mereka akan ragu untuk membuka rahasia yang selama ini dipendamnya.
Bersuami pembohong, istri akan bingung dalam bersikap: apakah yang dikatakan suaminya benar dan bisa diikuti? Semua perkataan suaminya bersifat relatif atas kebenaran.
Mungkin mereka bisa memaafkan setelah 1-2 kali dibohongi. Berikutnya, mereka tak lagi percaya pada semua perkataan suaminya, meskipun sang suami bersumpah-sumpah.