(Refleksi Hari Statistik Nasional) Oleh: Suhanderi, SH.,MH* Daendels. Mendengar nama ini, pertama dalam pikiran kita terbayang sosok Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang kejam. Pembangunan jalan membelah pulau Jawa dari Anyer sampai Panarukan, memakan korban 12 ribu orang adalah saksi bisunya. Namun dibalik tangan besinya, sang Gubernur Jenderal dianggap berhasil membuat tonggak sejarah negara modern di Indonesia. Reformasi pemerintahan dibidang data menjadi catatan penting dimasa kekuasaannya. Daendels menginginkan dimasa kekuasaanya memiliki basis data statistik yang kuat. Tujuannya, dengan memiliki data statistik kuat maka akan mudah melakukan identifikasi potensi kekuatan. Identifikasi ini berguna dalam strategi melindungi diri dari musuh. Dan tak kalah penting untuk mempermudah eksploitasi daerah jajahan, khususnya di Pulau Jawa. Begitu pentingnya data statistik, ternyata 212 tahun lalu, nun jauh sebelum Negara Indonesia paripurna atau merdeka sudah menjadi perhatian sang Jenderal yang berkuasa selama 3 tahun di Hindia Belanda (1808-1811). Lantas, bagaimana diera kemerdekaan. Apakah data statistik masih penting? Sebuah pertanyaan retoris dan sederhana namun justru masih minim mendapatkan pengakuan. Sebab sebagian kalangan masih memandang data statistik tidaklah lebih dari sekedar grafik dan kurva atau deretan angka-angka mati. Tersusun dalam tumpukan publikasi maha tebal dengan bahasa langitnya. Dipahami kalangan tertentu saja dan hanya menjadi menara gading yang menjulang dalam tembok kokoh. Pandangan ini tentu tidaklah mengandung kebenaran absolut. Karena disisi lain, data statistik justru menjadi urat nadi kehidupan. Disemua lini. Menjadi pijakan kuat untuk bertindak sekaligus embrio bagi lahirnya sebuah kebijakan yang bijak. Menjadi sebuah kekuatan dan parameter dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Bahkan menjadi kekayaan baru bagi bangsa Indonesia. “Data lebih berharga dari minyak”. Demikian kutipan penegasan Pidato kenegaraan Presiden Jokowi tanggal 16 Agustus 2019. Sebagai lembaga yang diberi amanah undang-undang menghadirkan data berkualitas, beban berat ini utamanya ada dipundak BPS. Membangun Optimis Perjalanan BPS dalam menghadirkan data berkualitas untuk bangsa, penuh liku. Tak mudah bagi BPS untuk berada diposisi sekarang. Membutuhkan perjuangan panjang dan melewati fase sulit. Bahkan sentimen negatif pihak tertentu kerap dialamatkan ke BPS. Dipuji kala data BPS dianggap menguntungkan dan dicaci ketika dianggap merugikan. Data tidak akurat, petugas tidak turun ke lapangan, metodelogi kuno, data diintervensi. Menjadi lagu klasik yang sering diputar berulang. Namun, BPS tidak larut dalam irama lagu klasik tersebut. Sentimen dan sikap pesimis dibalas dengan kinerja keras dan optimis. Justru sentimen dan kritikan menjadi cambuk sekaligus suplemen bagi BPS untuk lebih semangat lagi menghadirkan data berkualitas. Optimisme ini berbuah manis. Tak hanya menjadi rujukan Pemerintah untuk perencanaan dan pelaksanaaan pembangunan, data BPS-pun dimanfaatkan stakeholder dan masyarakat untuk berbagai kepentingan. Rilis data-data strategis selalu dinanti. Parameter keberhasilan dan evaluasi berbagai bidang seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, demokrasi, dan kesejahteraan yang disampaikan dalam pidato kenegaraan setiap tahun, menempatkan data BPS sebagai rujukannya. Bahkan, Pesta demokrasi Pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota telah menempatkan data BPS menjadi istimewa. Diperkirakan Pilkada di 270 daerah tanggal 9 Desember 2020 mendatang, kembali data BPS akan jadi primadona dalam sesi debat para Calon Kepala Daerah. Tak hanya itu, dimasa sulit pandemi Covid-19, data BPS menjadi penentu kebijakan besar arah ekonomi bangsa kedepan. Semua mata tertuju ke BPS. Resesikah ekonomi kita?. Rilis data BPS lah yang ditunggu jutaan masyarakat Indonesia. Inilah bentuk pengakuan publik terhadap kualitas data BPS. Tingginya kepercayaan dan ketergantungan masyarakat menjadi indikator kualitas data BPS yang semakin baik. Tanggung Jawab Bersama Momentum Hari Statistik Nasional 26 September haruslah dijadikan refleksi dan tonggak bersama untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya data statistik. Tanggung jawab mewujudkannya bukan hanya tugas BPS, tetapi menjadi tugas bersama anak bangsa. Pemerintah dan masyarakat. Pondasi yang dibangun Sang Jenderal Daendels terhadap data statistik dua abad lalu, kiranya bisa dijadikan pelajaran berharga. Bahwa data berkualitas itu penting karena akan melahirkan kebijakan tepat yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Semoga!. *Penulis adalah ASN BPS Provinsi Bengkulu
BELAJAR DARI SANG JENDERAL DAENDELS
Selasa 29-09-2020,11:29 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :