AIR PADANG RU - Curah hujan yang tinggi sejak sepekan terakhir, ditambah gugur daun yang melanda karet petani membuat para petani dan buruh penyadap karet di beberapa desa merugi. Hujan yang menguyur mengakibatkan produksi getah karet menurun. \"Pada musim penghujan ini para petani hanya mampu menghasilkan 25-30 kilogram sepekan. Artinya turun drastis dibanding biasanya yang mencapai 50-75 kilogram per pekannya. Kondisi inilah yang membuat petani petani karet merugi,\" aku Zulman, petani karet asal Kecamatan Air Padang. Selain produksi karet yang menurun, petani pun masih harus meneirma kenyataan pahit sejak bertahun-tahun lalu, yakni turunnya harga getah yang tak kunjung mengalami kenaikan. \"Belum lagi harganya naik turun dan masih di level Rp 6 ribu per kilogram. Kalau hanya mengandalkan hasil kebun seluas 1 hektare, bisa-bisa kebutuhan anak istri tidak tercukupi,\" keluhnya. Senada, Rokhmad juga menyatakan hal sama. Tingginya curah hujan menyebabkan pera petani karet tidak bisa menderes. Hujan lebat menyebabkan batang karet basah, sehingga tidak bisa dideres. \"Kalau dipaksakan dideres, tidak hanya akan merusak pohon karet itu sendiri. Di sisi lainnya, kualitas latex yang dihasilkan juga tidak bagus, karena terlalu banyak bercampur air. Akibatnya, harga jual karet atau ojol akan turut jatuh,\" ucapnya. Menurutnya, kalau tidak mau mengambil resiko, menderes pada saat curah hujan tinggi. Kalau soal timbangan yang di basi (dikurangi, red), karena terlalu banyak mengandung air sehingga kualitas latex turun. \"Barangkali tidak terlalu dipusingkan petani. Yang paling ditakutkan petani karet, tanaman karet juga rawan diserang penyakit. Kalau ini terjadi, pohon karet yang rusak tersebut akan mati secara perlahan-lahan. Akibatnya, petani karet harus menanggung kerugian,\" ucapnya. (jho)
Musim Gugur, Petani Karet “Gigit Jari”
Kamis 27-06-2019,12:35 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :