Ustaz Asal Riau Ini, Setiap Hari Berikan Kajian Kepada Jamaah Haji Indonesia di Masjid Nabawi

Ustaz Asal Riau Ini, Setiap Hari Berikan Kajian Kepada Jamaah Haji Indonesia di Masjid Nabawi

Kajian berbahasa Indonesia di pintu 19 Masjid Nabawi oleh Ustad Arifur Bahri. Asal Riau, pengisi tetap kajian agama di Masjid Nabawi.--

Pernah ada tiga pengisi kajian dari Indonesia dalam era yang sama. Mereka adalah Anas Burhanuddin, Firanda Andirja, dan Abdullah Roy. 

Namun setelah era mereka, dua tahun vakum. Tidak ada lagi kajian berbahasa Indonesia di Nabawi. 

Baru pada 2019, Masjid Nabawi meminta Universitas Islam Madinah mengirim mahasiswa dari Indonesia untuk mengikuti seleksi sebagai pengisi kajian di Nabawi. 

"Waktu itu saya sedang pulang ke Indonesia. Tiba-tiba dihubungi disuruh kembali ke Madinah untuk ke Masjid Nabawi," kata Ariful. 

Setelah tes wawancara dengan salah seorang syekh, ada empat mahasiswa Indonesia yang dinyatakan lulus. Dua di antaranya mengundurkan diri. Tinggal Ariful Bahri dan Irsyad Hasan. 

"Kami berdua mengisi kajian berbahasa Indonesia. Saya kebagian setelah Magrib, Ustaz Irsyad sore," kata Ariful Bahri.

Namun, Irsyad Hasan tidak lama menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi. Kini tinggal Ariful Bahri pengisi kajian yang WNI. 

Masa kecil Ariful Bahri di Kampar di lingkungan Muhammadiyah. Setelah lulus SD, ia melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah. Saat kelas 3 MTs, ada pondok pesantren baru di kampungnya. Ia keluar dari MTs dan masuk ke pondok tersebut. 

"Ada yang menawari, gratis. Tapi saya harus mengulang dari kelas 1," kata Ariful. 

Saat kelas 5 (kelas X Madrasah Aliyah), Ariful sudah hafal Alquran. Padahal di pondok itu tidak ada tahfidz atau program menghafal quran. Pihak yayasan menghadiahi Ariful umrah. Ariful lulus sekolah pada 2006. Kemudian 2007 berangkat umrah sebagai hadiah karena menjadi hafidz. 

"Saat di Madinah, saya main ke Universitas Islam Madinah. Lalu ikut tes masuk masuk," kata lulusan Pondok Pesantren Ansor Sunnah, Kampar ini.

Ia terinspirasi salah seorang alumnus dari UIM yang asal Riau. Ariful lolos tes. Setahun kemudian, 2008, ia mulai kuliah di UIM.

"Saya awalnya S1 mengambil jurusan Quran. Lalu pindah ke Ushuluddin. Kemudian S-2 dan S-3 mengambil jurusan akidah. Akidah ini meliputi perbandingan agama dan firqah," ujar bapak empat anak ini. 

Saat ini, kata Ariful, ada 1.600 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Islam Madinah. Mereka semua mendapat beasiswa.

"Beasiswanya seribu persen. Tiket pulang ke Indonesia pun ditanggung," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: