Ada Kutukan di Desa Ini, Hanya Boleh Dihuni 7 Rumah, Tak Boleh Lebih!
Ada Kutukan di Desa Ini, Hanya Boleh Dihuni 7 Rumah, Tak Boleh Lebih!--
RADARUTARA.ID- Dusun Condro, berlokasi di wilayah Desa Karangsumber, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dusun itu hanya boleh dihuni oleh 7 rumah saja, tak boleh lebih.
Nama Condro sendiri punya arti sabdo. Secara turun temurun Dusun Condro tak pernah ramai penduduk. Lalu warga juga kebanyakan memilih untuk pindah ke dusun lainnya.
Diberi nama Condro oleh orang zaman dahulu, seperti kena kutukan. Sehingga desa ini tidak bisa bertambah masyarakatnya, tak bisa ramai. Jika memang akhirnya mereka punya anak cucu, semuanya sudah pasti pada keluar dusun.
BACA JUGA:7 Kesaktian Tali Pocong yang Dipercaya Hingga Sekarang, Mulai dari Penglaris Hingga Pengasihan
Di dusun tersebut saat ini ditinggal hanya empat rumah saja. Mereka bernama Pasman, Warsi, Sani, dan Suntoro. Mereka memilih untuk tetap bertahan di dusun tersebut.
Rumah warga di dusun itu berbentuk limasan. Halaman rumahnya juga masih tanah. Tiga rumah besar berjajar di sebelah utara dan satu rumah ada di sebelah selatan jalan. Di depan rumah warganya ada kandang hewan ternak.
Ada hal yang menarik bagi warga Dusun Condro. Yaitu saat mereka sudah punya anak dan ada yang sudah berkeluarga namun berkeinginan untuk menetap di dusun tersebut tidak membuat rumah yang baru. Melainkan gabung dengan rumah yang sudah ada.
BACA JUGA:3 Golongan Jemaah yang Hajinya Bisa Dibadalkan, Berikut Tahapan Pelaksanaannya
Dilansir dari detiktravel, Kepala Desa Karangsumber, Wardono menyebutkan Dusun Condro masuk di RW 2 RT 4 Desa Karangsumber ini cukup unik, lantaran hanya ada empat rumah saja. Warga juga mempercayai kalau rumah di dusun tersebut tak boleh dari tujuh.
"Terkait dengan adanya dukuh yang unik itu Condro dulu itu memang penduduknya yang bertempat di situ hanya tujuh rumah atau tujuh KK. Sebab di situ warga Dukuh Condro mempercayai bahwa dari nenek moyangnya tidak boleh lebih dari tujuh rumah itu. Jika misalkan itu lebih dari tujuh rumah mereka mempercayai mitos, takut nanti ada malapetaka atau sebagainya," ujar Wardono.
"Perkembangan waktu di situ justru rumah warga berkurang, hingga saat ini hanya tinggal empat rumah atau empat KK saja. Sebab warga yang tinggal di situ mikirnya dukuh tidak boleh menambah, prospek kedepannya semakin sepi atau bagaimana, sehingga warga yang di situ yang punya tanah perkampungan di luar dukuh itu lebih memilih untuk pindah," tutupnya.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: