Di Bengkulu Emping Melinjo dari Pulau Enggano Tembus Rp100 per Kilogram

Di Bengkulu Emping Melinjo dari Pulau Enggano Tembus Rp100 per Kilogram

Di Bengkulu Emping Melinjo dari Pulau Enggano Tembus Rp100 per Kilogram--

RADARUTARA.ID- Kualitas dan cita rasa emping melinjo dari Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara tak perlu di ragukan lagi. Maka tak heran, emping dari wilayah kepulauan terluar Indonesia itu, banyak di gemari oleh masyarakat khususnya di Provinsi Bengkulu.

Emping yang di produksi secara tradisional ini selalu menjaga konsistensi rasa original, dengan tidak mencampur bahan-bahan lain.

Harahap salah seorang warga setempat menyebut, emping dari Pulau Enggano memiliki harga ekonomis yang sangat tinggi ketika di jual di wilayah Provinsi Bengkulu dan sekitarnya. Terbaru, dirinya mengaku bisa menjual emping melinjo pada kisaran harga Rp100 ribu per kilogram.

"Sebelum lebaran kemarin, saya bisa menjual dengan harga Rp100 ribu per kilogram. Sebab, warga Bengkulu sangat menyukai emping dari Enggano, karena benar-benar rasanya original tanpa di campur bahan lain," jelas Harahap.

BACA JUGA:Polisi Dalami Dugaan Penggelapan Uang Kas Kebun Desa Lubuk Mindai

Menurutnya, harga tersebut memang sedikit naik dari harga jual emping melinjo sebelumnya. Ini terjadi lantaran produksi buah melinjo di Pulau Enggano tengah menurun.

"Banyak pengrajin emping melinjo tidak bisa produksi. Sebab, bahan baku buah melinjo menurun. Maka itu, harga jual dari pengrajin juga naik, yaitu Rp70 ribu per kilogram," jelasnya.

Jika tidak dalam musim paceklik buah melinjo. Harapan mengaku, emping melinjo bisa dirinya beli dari tangan pengrajin pada kisaran harga Rp50 ribu per kilogram.

"Sejak awal tahun 2024 harganya naik. Sebab, belum memasuki musim buah melinjo lagi," bebernya.

BACA JUGA:Produksi Buah Melinjo Menurun, Harga Emping di Enggano Melejit

Sementara itu, Ibu Iksan salah seorang pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan Enggano mengaku permintaan pasar saat tidak musim buah melinjo memang sangat banyak.

Hanya saja, hal itu tidak bisa di penuhi lantaran ketersediaan bahan baku buah melinjo sangat sulit di dapatkan. Bahkan, ia mengaku sudah sejak beberapa bulan lalu tidak produksi karena tidak ada bahan baku.

"Kalau tidak musim buah seperti ini memang permintaan pasar banyak dan harganya juga naik. Tapi saat buah melinjo banjir, harganya turun bahkan untuk menjualnya kadang sulit, karena tengkulaknya jual mahal untuk mengambil barang kita," tutupnya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: