Harga TBS Sawit Melambung Saat Produksi Buah Menurun. Petani Berharap Ini
Buah sawit trek, pemasukan Pajak di Bengkulu menurun--
RADARUTARA.ID- Harga Tanda Buah Segar (TBS) sawit di Kabupaten Bengkulu Utara terus melambung, hingga di angka lebih dari Rp2.400/kg.
Namun begitu, kenaikan harga TBS sawit itu belum memberikan perubahan yang berarti pada ekonomi petani sawit di Bengkulu Utara. Pasalnya, kenaikan harga sawit itu terjadi bertepatan saat turunnya produksi buah kelapa sawit.
Suminto salah seorang petani Sawit mengakui bahwa ada kenaikan harga jual sawit yang cukup signifikan belakangan ini. Bahkan untuk penjualan langsung ke pabrik buah kelapa sawit saat ini sudah mencapai harga Rp2.400/kg. Namun begitu, kenaikan harga jual sawit ini belum memberikan dampak perubahan ekonomi bagi masyarakat tani di Bengkulu Utara. Sabab, harga jualnya sawit ini naik saat buah kelapa sawit mengalami trek.
"Bagaimana mau bisa nambah penghasilannya. Harga sawit ini naik saat tidak musim buah. Jadi walaupun harganya mahal tapi penghasilan yang kami dapatkan tetap sedikit," ujarnya.
BACA JUGA:Hanya Satu Caleg Perempuan yang Lolos ke Kursi DPRD Kabupaten Bengkulu Utara
BACA JUGA:Harga TBS Kelapa Sawit di Bengkulu Utara Terus Merangkak Naik, Harga Pabrik Capai Rp2.490/ Kilogram
Bahkan ia mengaku kondisi trek buah kepala sawit yang terjadi saat ini sangat luar biasa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya . Sabab, negara kita pada tahun 2023 lalu tengah di landa kekeringan.
"Karena musim kemarau itu, para petani tidak bisa melakukan pemupukan. Oleh karena itu, secara otomatis di tahun keduanya ini. Pertumbuhan buah sawit belum bisa normal karena telat di pupuk," jelasnya.
Dalam satu hektar produksi buah kepala sawit bisa turun drastis mencapai 70 persen dibanding kondisi normalnya.
"Kalau biasa panen 1 Kwintal per hektar. Saat ini paling hanya bisa panen sebanyak 300 kg saja per hektar," keluhnya.
Dengan kondisi itu, Suminto berharap harga sawit saat ini bisa terus stabil untuk waktu yang lebih lama, sembari menunggu pertumbuhan sawit kembali normal.
"Kami cuman berharap ketika nanti produksi kelapa sawit normal. Harganya tidak turun lagi. Sebab, jika turun lebih dari Rp2.000 maka petani akan kesulitan untuk membeli pupuk yang sudah terlanjur mahal," tandasnya.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: