Soal Konflik Manusia dan Harimau di Air Sebayur, Ini Kata KPHK Bengkulu
Jejak kaki harimau yang diduga masuk ke pemukiman warga--
RADARUTARA.ID- Menurut KPHK Bengkulu, konflik yang terjadi antara manusia dengan Harimau Sumatera di wilayah Desa Air Sebayur, Kecamatan Pinang Raya, Kabupaten Bengkulu Utara itu sudah terjadi sejak lama.
"Tercatat sudah terjadi beberapa kali konflik sejak beberapa tahun terakhir," ungkap Kepala KPHK Bengkulu Utara, Asep.
Dikatakan Asep, konflik antara manusia dengan Harimau Sumatera di wilayah Air Sebayur, itu bisa terjadi karena adanya alih fungsi lahan, menipisnya ketersedian pangan bagi binatang buas di areal hutan lindung hingga faktor lainnya.
Artinya, kata Asep, alih fungsi lahan ini menyebabkan tempat tinggal atau habitat satwa menjadi terganggu atau terjadi penyempitan. Apalagi menurut Asep, satwa seperti harimau memiliki wilayah jelajah yang luas.
"Alih fungsi hutan bisa menjadi penyebab, misalnya ada perambahan, illegal logging atau penggunaan lahan lainnya. Karena sejauh, ini jika kita lihat kondisi di lapangan. Jarak antara perkebunan warga dengan hutan lindung disana (Air Sebayur) hanya sekitar 3 Km," ungkap Asep.
Kendati demikian, Asep, memastikan, konflik manusia dengan Harimau di Air Sebayur, ini sudah menjadi catatan dan perhatian bagi pihak BKSDA Bengkulu.
"Dari BKSDA siap untuk memasang perangkap. Tapi kawan-kawan masih menunggu kesiapan desa. Karena upaya pemasangan perangkap dibutuhkan dukungan dari desa. Dukungan yang dimaksud adalah pendampingan dari desa kepada kawan-kawan BKSDA untuk sampai ke titik lokasi yang menjadi lokus pemasangan jerat nantinya," pungkasnya.
Lebih jauh, Asep, menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak panik, tetapi juga harus selalu waspada.
"Belakangan, ini konflik yang sempat terjadi memang sudah reda. Belum kita dapatkan lagi laporan tentang keberadaan Harimau yang turun ke pemukiman warga. Tapi dalam situasi apapun, warga harus tetap waspada," demikian Asep.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: