Tragedi Perang Sampit, Perang Saudara yang Menyebabkan Ratusan Jiwa Melayang
Tragedi Perang Sampit, Perang Saudara Yang Menyebabkan Ratusan Jiwa Melayang.--
RADARUTARA.ID - Sebuah pemakaman masal terletak di Sampit atau yang lebih tepatnya berlokasi di jalan Jenderal Sudirman kilometer 13,8 sampit, pangkalan Bun.
Makam tersebut merupakan makam dari korban tragedi Sampit yang terjadi pada tahun 2001. Pada masa itu triakan pilu terdegar dimana mana. Kota Sampit bagaikan kota mati.
Semua aktivitas diliburkan, sekolah dan pasar dihentikan sementara. Sebanyak ribuan masyarakat Madura diungsikan ke pulau Jawa untuk mengurangi jumlah korban.
BACA JUGA:Bikin Bangga, Ternyata Hotel di Indonesia Masuk Dalam Daftar 50 Hotel Terbaik di Dunia
Dikutip dari channel Tik Tok @rindiannniii ketegangan Sampit terjadi antara etnis Madura dan suku Dayak, pada tahun 1999 dan puncaknya terjadi pada tahun 2001 yang menimbulkan sebanyak kurang lebih 600 korban jiwa meninggal dunia.
Setelah 22 tahun berlalu kini kerukunan antara etnis Madura dan masyarakat suku Dayak semakin terjalin dengan baik. Sebuah tugu perdamaian dibangun untuk menjadi perjanjian damai antara suku Dayak dan etnis Madura.
Menurut penuturan Setiabudi selaku pemuda yang telah mengunjungi makam tersebut. Menyebutkan bahwasannya makam massal Sampit merupakan makam para korban tragedi Sampit pada masa itu. Kondisi makam tampak terlihat ditumbuhi banyak sekali ilalang dan kurang terawat.
"Sebelumnya para jenazah tragedi Sampit telah dikumpulkan di RSUD Murjani. Namun kondisi yang membludak dan tidak tertampung, akhirnya jenazah di putuskan untuk dimakamkan secara massal. Ada perbedaan pendapat antara kubu a dan kubu B, di mana kubu a berpendapat bahwasanya jenazah dikumpulkan dalam satu liang lahat besar dan dikuburkan secara bersamaan. Sementara pendapat yang lain menyatakan jikalau digali banyak yang lahat dan di masing-masing liang lahat tersebut diisi dengan beberapa jenazah di dalamnya" tutur Setiabudi dalam channel Tik Tok @rindiannniii.
BACA JUGA:Suku Afar, Penambang Garam Afrika yang Tinggal di Tanah Kematian, Begini Fakta Uniknya
Setiabudi juga menghimbau bagi pengunjung yang ingin datang agar tidak menimbulkan isu-isu yang tidak perlu. Dan tidak perlu menyampaikan hal-hal yang berbau mistis ataupun angker.
"Jikalau ingin datang berkunjung maka datang saja tidak perlu menakuti orang-orang dengan menyampaikan cerita horor, selain itu bila perlu selain datang berziarah juga datanglah untuk membersihkan dan menjaga situs tersebut," sambungnya.
Demikianlah sejarah tidak sepatutnya untuk dilupakan, akan tetapi Untuk dikenang diingat dan diambil pelajarannya. Sepahit atau sekelam apapun sebuah sejarah, tetaplah harus diceritakan Dan disampaikan kepada generasi penerus.
Agar hal serupa tidak terulang dan terjadi di masa yang mendatang. Demikian informasi yang dapat kami sampaikan, sekian terima kasih semoga bermanfaat.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: