Kota Gaib Saranjana, Legenda Kerajaan Pulau Halimun dan Banjar yang Diyakini Benar-benar Ada

Kota Gaib Saranjana, Legenda Kerajaan Pulau Halimun dan Banjar yang Diyakini Benar-benar Ada

Kota Gaib Saranjana, Legenda Kerajaan Pulau Halimun & Banjar Yang Diyakini Benar-Benar Ada.--

RADARUTARA.ID - Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah bernama Saranjana tercatat dalam peta Kalimantan, saat itu masih disebut Borneo. Namun, setelah Indonesia merdeka, nama Saranjana hilang dari peta Kalimantan. Ini mungkin disebabkan perubahan administrasi atau faktor lain.

Saranjana muncul sebagai kota gaib dalam mitos. Ada keyakinan bahwa kota ini dihuni jin dengan penampilan modern dan makmur. Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur menyatakan bahwa banyak orang mencari Saranjana tapi jarang ditemukan.

Menurut Mansyur, Saranjana terkait dengan legenda penciptaan Gunung Sebatung di Pulau Laut Kelautan. Raja Pakurindang punya dua anak, Sambu Ranjana dan Sambu Batung. Mereka membagi wilayah, Sambu Batung menjadi Gunung Sebatung dan Sambu Ranjana membangun Kota Saranjana di alam gaib.

Normasunah juga mengulas legenda ini, menyebut Sambu Batung dan Sambu Ranjana. Sambu Batung adalah gunung Sebatung, sementara Sambu Ranjana menjelma menjadi Gunung Saranjana. Kota Saranjana konon tak terlihat oleh mata awam.

BACA JUGA:Misteri Saranjana, Kota Ghaib di Kalimantan Selatan yang Terkenal Turun Menurun

Mansyur menyebut hipotesa lain, Saranjana wilayah suku Dayak Samihim di Pulau Luat. Suku ini bagian Dayak Maanyan yang terpisah akibat penaklukan oleh Negara Dipa. Menurut Mansyur, Saranjana muncul sebelum abad ke-17 berdasarkan penelitian Goh Yoon Fong dari Universitas London.

Kesultanan Banjar mengalami permasalahan pewaris saat Sultan Amarullah Bagus Kusuma berkuasa.

Pangeran Purabaya mendapat tanah di Pulau Laut sebagai perdamaian, tapi ia menyerang Banjar dan akhirnya terbunuh. Saranjana menjadi mitos tentang wilayah maju seperti yang diharapkan Pangeran Purabaya dan anaknya, Gusti Busu. Dengan demikian, Saranjana adalah memori kolektif dari negeri impian pemilik tanah apanage di Pulau Laut, seperti kata Mansyur.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: