Ini Dia Alasan Mengapa Mbah Moen sering disebut sebagai Ulama Kharismatik

Ini Dia Alasan Mengapa Mbah Moen sering disebut sebagai Ulama Kharismatik

Ini Dia Alasan Mengapa Mbah Moen sering disebut sebagai Ulama Kharismatik--

RADARUTARA.ID - Seperti penggunaan kata karismatik biasanya, kata "karismatik" untuk sosok Mbah Moen ini penjabarannya bisa sangat luas dan saat sudah terkenal menjadi diandaikan begitu saja dari sananya.

Faktanya sebagai ulama, usianya yang seseouh atau senior manumbuhkan bobot rasa hormat orang lain. Karena jaringan keilmuan ulama tradisional lokal biasanya saling berhubungan, maka keunggulan usia kerap memperluhatkan pula posisinya yang lebih tinggi berdasarkan jalur pewarisan ilmu pengetahuan.

Mbah Moen menurut beberapa kiai besar dan senior seringkali posisinya seperti guru, paman guru, kakek guru, hingga kakak kelas.

Bahkan, secara keilmuan Mbah Moen termasuk pakar dalam bidang fiqh atau hukum Islam, yang merupakan sebuah disiplin keilmuan memiliki kecenderungan ketat, namun pembawaan Mbah Moen sendiri sangat longgar serta toleran.

Bahkan, berdassrkan riwayat yang disampaikan beberapa teman yang cukup mengenal Mbah Moen, serupa demgan para ulama tradisional lokal Mbah Moen sering menekankan betapa pentingnya kita keras dalam menghukumi diri sendiri dibandingkan menghakimi orang lain.

BACA JUGA:Awas, Mahasiswa Baru Lulus Jangan Terjebak Pinjol, Bisa Sebabkan Sulit Mencari Kerja

BACA JUGA:Mbah Moen Ungkap Makna Filosofi 4 Pilar Kehidupan Dibalik Terciptanya Lima Jari Manusia

Salah satu hal langka dari Mbah Moen yaitu khazanah keilmuan yang ia peroleh melalui sumber-sumber terpilih. Gus Mus pernah menceritakan bahwa dirinya berkunjung ke rumah Mbah Moen untuk mendengarkan riwayat satu hadis sederhana.

Yang menjadi istimewa, riwayat tersebut ia peroleb turun-temurun melalui jalur para guru dengan reputasi tinggi, yang apabila diurutkan akan terhubung langsung kepada ucapan Nabi Muhammad SAW.

Seperti dalam tradisi ilmu konvensional, dalam khazanah Islam urutan nasab sumber pengetahuan memiliki bobot yang sangat tinggi. Malah bisa lebih ekstrem lagi.

Contohnya dua orang memperoleh pengetahuan yang sama, namun yang satu sumbernya dari guru yang terhubung melalui jalur periwayatan terpilih, sementara satunya bisa "hanya" dari bacaan saja, itu bobotnya dapat berbeda.

Menurut tradisi keilmuan pesantren, hal itu seringkali diartikan sebagai "ijazah". Yang dimaksudkan bahwa kita secara terpilih diwariskan pengetahuan langsung dari sumbernya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: