Kisah Ulama Besar Asal Indonesia yang Menjadi Imam di Masjidil Haram

Kisah Ulama Besar Asal Indonesia yang Menjadi Imam di Masjidil Haram

Kisah Ulama Besar Asal Indonesia Yang Menjadi Imam Di Masjidil Haram.--

RADARUTARA.ID - Masjidil Haram merupakan masjid yang terbesar di dunia, serta menjadi tempat yang suci dan kiblat bagi umat Islam. Orang yang menjadi imam masjid ini pun harus dipilih melalui agenda khusus, untuk menjadi imam besar di Masjidil Haram harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.

Hafal Al Quran, memiliki kedalaman ilmu agama, memiliki kedudukan terhormat dalam masyarakat, bijaksana dan alim, bersuara merdu dan jelas, serta berasal dari keturunan yang baik.

Dalam sejarah Imam Masjidil Haram pernah dipegang oleh tiga Imam asal Indonesia Siapa sajakah itu berikut ini pembahasannya:

BACA JUGA:Keutamaan Surat Al-Fatihah, Sedekahkan untuk Diri Sendiri dan Rasakan Keajaibannya

1. Syekh Junaid Al-batawi

Syekh jumaid Al batawi tinggal di Mekah sejak tahun 1834, dalam rangka untuk menempuh pendidikan, kemudian atas izin Allah diangkat sebagai imam besar Masjidil Haram. Beliau juga dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi imam di Masjidil Haram.

Ulama yang lahir di pakojan di Jakarta ini menghabiskan waktu menjadi guru di Mekah selama 60 tahun lamanya, berkat karunia yang dimilikinya beliau pun menjadi sosok yang dihormati dan nama beliau pun diabadikan menjadi nama jalan yang ada di Jakarta Barat.

2. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi merupakan salah satu murid Syekh Junaid Al batawi yang kemudian menjadi imam khatib dan guru di Masjidil Haram. Beliau merupakan ulama keturunan Minangkabau, serta banyak menguasai ilmu pengetahuan, seperti ilmu fiqih, sejarah, aljabar, falak, hitung, dan geometri.

Terdapat dua riwayat yang menceritakan tentang bagaimana Syekh Ahmad khatib Al minangkabawi diangkat sebagai Imam sekaligus khatib di Masjidil Haram.

Menurut riwayat pertama jabatan imam dan khatib, diperoleh atas permintaan Sahalih Al-Kurdi, sekaligus merupakan mertuanya. Kepada Syarif Aunur Rofiq.

Sedangkan untuk riwayat kedua, menceritakan tentang bagaimana Syekh Ahmad khatib Al minangkabawi, mendapatkan jabatan tersebut karena suatu peristiwa dalam sebuah salat berjamaah yang dialami langsung oleh Syarif Aunur Rafiq.

Dikisahkan ketika Tengah melaksanakan salat berjamaah terdapat bacaan dari Syarif an NurRafiq yang salah. Sebagai makmum Syekh Ahmad khatib berani membetulkan bacaan tersebut.

Oleh peristiwa itulah, kemudian Syarif Aunur Rafiq mengangkat Syekh Ahmad khatib sebagai Imam sekaligus khatib di Masjidil Haram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: