Pro Kontra Pengobatan Ida Dayak, Simak Penjelasan dari Pakar Ilmu Modern

Pro Kontra Pengobatan Ida Dayak, Simak Penjelasan dari Pakar Ilmu Modern

Pro Kontra Pengobatan Ida Dayak, Simak Penjelasan Ilmu Modern--

RADARUTARA.ID - Pengobatan alternatif Ida Dayak kini menjadi fenomena tersendiri di tengah masyarakat. Ida Andriani alias Ida Dayak, perempuan asal Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, itu melakukan aksi pengobatan dengan ritual menari dan mengoleskan minyak ke tubuh pasien yang sakit.

Adapun penyakit yang diobati Ida Dayak diantaranya stroke, patah tulang, hingga kesulitan berbicara. Dalam praktiknya, Ida tidak memungut biaya dan hanya menjual minyak bintang. Lalu kenapa masyarakat begitu antusias dengan pengobatan seperti ini? 

BACA JUGA:Viral! Pengobatan Ibu Ida Dayak, Dibongkar Pesulap Merah

Sebetulnya pengobatan Ida Dayak tidak memiliki landasan keilmuan.

Meski begitu, sama seperti lainnya, pengobatan tradisional lebih dipilih masyarakat sebagai alternatif pengobatan medis modern. Tak heran kalau pengobatan jenis ini semakin berkembang pesat dan digandrungi masyarakat.

Jauh sebelum pengobatan modern, jenis pengobatan tradisional sesungguhnya telah terserap di masyarakat. Susan Jane Beers dalam Jamu: The Ancient Medicine of Indonesia (2001) menyebut masyarakat Indonesia di era kerajaan sudah banyak yang memanfaatkan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan penyakit.

Dalam proses ini ada semacam trial and error. Jika gagal tidak dilanjutkan. Sedangkan jika berhasil, maka akan diteruskan dari generasi ke generasi, sehingga menimbulkan semacam testimoni. Akibat keberadaan testimoni itulah masyarakat percaya kalau pengobatan tradisional memang terbukti ampuh. Dari sinilah tertanam di benak masyarakat lintas generasi.

Seiring waktu, pengobatan modern ala Barat masuk ke Indonesia saat masa kolonialisme. Menurut Hans Pols dalam "European Physicians and Botanists, Indigenous Herbal Medicine in the Dutch East Indies, and Colonial Networks of Mediation" (Technology and Society: an International Journal, 2009) pada titik inilah masyarakat punya dua opsi pengobatan: modern atau tradisional.

Meski begitu tetap saja mereka memilih opsi tradisional. Penyebabnya karena mereka masih asing dengan pengobatan modern. Mereka takut terhadap obat-obat kimiawi dan tindakan invasif dokter, seperti pembedahan. Selain itu, pengobatan lewat dokter pun dinilai sangat mahal dan aksesnya sulit.

Alhasil, masyarakat memilih pengobatan tradisional sebagai opsi terbaik. Dengan cara tradisional, mereka merasa lebih tenang karena sudah terbukti banyak testimoninya dan saat pengobatan dibarengi dengan ayat-ayat keagamaan, khususnya Islam, yang membuat mereka tenang.

Atas dasar inilah berbagai praktik pengobatan tradisional, seperti dukun bayi dan dukun patah tulang di era kolonial tumbuh subur.

BACA JUGA: WNI Juara 2 Lomba Azan di Arab Saudi Dilarang Pulang, Warganet : Awas Dipotong Pajak

Jika mengacu pada narasi historis, maka orang-orang yang datang ke Ida Dayak didasarkan pada tumbuhnya rasa asing dan takut akan pengobatan modern dan faktor biaya.

Terkait hal terakhir memang logis ketika masyarakat enggan berobat ke dokter karena masalah uang. Irfan Adani dalam "Eksistensi Dukum dalam Era Dokter Spesialis" (2013) menyebut pada kondisi ini dukun dinilai lebih unggul karena mampu mengobati beragam penyakit hanya lewat satu orang. Berbeda dengan dokter yang memiliki banyak spesialisasi, sehingga menimbulkan biaya bengkak dan waktu penyembuhan yang lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: