Segini Pesangon yang Harus Dibayar Pabrik Karet Batanghari ke Karyawan
Pabrik karet PT Batanghari Bengkulu Pratama (BBP) menghitung jumlah pesangon yang harus dibayar ke karyawan--
BENGKULU, RADARUTARA.ID - Setelah menyatakan menutup total pabriknya dan tak lagi melakukan pembelian karet petani, PT Batanghari Bengkulu Pratama (BBP) yang ada di Kabupaten Bengkulu Tengah, operasi pabrik masih akan berjalan hingga Januari 2023. Pasalnya, stok karet yang diolah saat ini masih ada dan perusahaan ini juga masih akan menyelesaikan pesangon yang harus dibayar pada karyawannya.
Dikatakan Kepala Bagian Personalia PT Batanghari, Haulan Ismadi, kondisi perusahaan yang bergerak di bidang pabrik pengolahan karet ini mengalami penurunan drastis lantaran kontrak dengan perusahaan di luar negeri sudah berakhir.
"Manajemen sudah berupaya melakukan berbagai upaya untuk efisiensi. Bahkan, kita juga sudah pernah melakukan pengurangan karyawan. Tapi tetap saja merugi," ungkapnya.
Untuk menghindari kerugian yang lebih dalam, pihak manajemen pun akhirnya mengambil keputusan untuk menutup produksi pabrik. Apalagi nilai pesangon karyawan yang harus dibayar pun jumlahnya mencapai miliaran.
"Operasi pabrik masih sampai Januari 2023, karena kontrak dengan pihak luar ada yang berakhir di Januari 2023," terangnya.
Haulan yang juga Ketua Federasi Serikat Pekerja Pertanian, Perkebunan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPPP-SPSI) Kabupaten Bengkulu Tengah, mengatakan, pihaknya akan tetap mengawal pembayaran hak-hak karyawan agar bisa dibayarkan oleh perusahaan ini.
"Total pesangon sudah dihitung perusahaan, yang harus dibayar sekitar Rp7 miliar. Kemudian proses pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan karyawan juga dilakukan bertahap. Ini nanti disesuaikan dengan batas waktu kontrak," lanjutnya.
Menurut Haulan, karyawan yang akan di-PHK kemungkinan di bagian bahan baku terlebih dahulu, kemudian sortir, pengolahan, hingga akhirnya di bagian pengiriman.
"Yang pasti secara bertahap. Yang jelas, manajemen sudah berusaha untuk menyelamatkan pabrik dari kerugian, tapi memang kondisinya sekarang sangat sulit," demikian Haulan. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: