Antre Hingga Empat Hari, Sopir 'Kangen' Istri

Antre Hingga Empat Hari, Sopir 'Kangen' Istri

Sopir truk angkutan TBS mengeluhkan antrean mengular ke pabrik, hingga berhari-hari. --

GIRI MULYA RU.ID - Menumpuknya Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam Kabupaten Bengkulu Utara mengakibatkan antrean panjang beberapa hari terakhir. Tak hanya itu, dibarengi dengan harga semakin hari terus mengalami penurunan, juga dikeluhkan oleh sejumlah sopir truk angkutan TBS sebagai dampak lamanya antrean ditambah rindu (Kangen,red) pulang ke rumah, berkumpul bersama keluarga. 

Seperti halnya dialami Gothel, sopir truk pengangkut TBS asal Desa Giri Mulya yang mengantre di PT Sandabi Indah Lestari (SIL) Kecamatan Giri Mulya. Ia mengaku, telah mengantre selama empat hari.

"Saya sudah tiga malam mulai mengantre di sini dan sudah sejak lama begini, usai kebijakan larangan ekspor dari pak presiden," ujarnya.

Atas kondisi ini, ia mengaku, kerugian besar dengan lamanya antrean. Pasalnya, ada penyusutan tonase hingga potongan dari pabrik. Tentu berdampak yang besar kepada petani, pengepul hingga kepada sopir truk pengangkut TBS.

"Nginap di sini tidak gratis mas, uang jalan bertambah, belum lagi potongan sortiran TBS hingga 10 persen," ungkapnya. 

Tak hanya itu, ia menjelaskan dampak lain yang dialami akibat lamanya antrean, kerusakan terhadap kendaraan yang ia bawa.

"Jelas banyak ruginya, selain kerusakan kendaraan juga jarang tidur bersama istri mas," ucapnya.

Pantuan media ini di lapangan, penurunan harga di PT SIL dari harga Rp 1.325 pada Rabu (15/6) menjadi Rp 1.275 pada Sabtu (18/6) kemarin. 

 

Ini Masalah Periuk dan Perut

Di tempat terpisah, salah seorang tokoh masyarakat Ketrina, Zamhari As Jamal mengatakan, persoalan sawit ini merupakan masalah yang sangat fatal. Pasalnya, urusah Tandan Buah Segar (TBS) yang terkait dengan harga anjlok dan jauh dari ketetapan pemerintah serta pembatasan pembelian TBS oleh perusahaan. Berhubungan langsung dengan masalah perut dan dapur masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara. 

"Ini tidak main-main, multy efeknya luar biasa dan sangat fatal. Tidak ada urusan dengan politik dan sebagainya, ini masalah perut rakyat. Ini persoalan periuk di dapur masyarakat," kata dia. 

Lebih jauh diungkapkannya, bersama para perwakilan petani sawit dan sejumlah tokoh masyarakat di bawah, pihaknya terus bergerak untuk mendesak perusahaan agar dapat mengikuti ketetapan harga pemerintah. Serta menghapus kebijakan pembatasan pembelian TBS petani yang menyebabkan terjadinya antrean mengular. 

"Kami rakyat jelata, bergerak sesuai koridor yang kami mampu. Tolonglah, para pemangku kebijakan, pihak berwenang dan berkompeten, seriuslah urusi masalah perut rakyat mu ini. Perjuangkanlah urusan dapur dan periuk warga mu ini," kata dia. (sir1) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: