Turunkan Harga TBS, Jonaidi Sebut Pabrik CPO Tak Transparan

Turunkan Harga TBS, Jonaidi Sebut Pabrik CPO Tak Transparan

BENGKULU RU.ID- Pabrik Crude Palm Oil (CPO) disebut tidak transparan dalam melakukan penurunan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Ini disampaikan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu, Jonaidi, SP, MM saat inspeksi mendadak (Sidak) ke dua pabrik CPO yakni PT. Agrindo Indah Persada (AIP) dan PT. Bengkulu Sawit Lestari (BSL) II, Rabu (27/4).

\"Kita sengaja menyidak dua pabrik CPO guna mengetahui secara pasti alasan hingga diturunkannya harga TBS, yang berdampak terhadap perekonomian petani kelapa sawit. Apalagi saat ini sama-sama kita ketahui jika, penurunan harga TBS itu bertentangan dengan Surat Edaran (SE) Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian,\" ungkap Jonaidi.

Hanya saja, lanjut Politisi Partai Gerindra ini, dari sidak, manajemen kedua pabrik CPO tidak transparan terkait penurunan harga TBS kelapa sawit tersebut.

\"Malah ada indikasi kejanggalan dalam masalah ini. Padahal dua pabrik CPO yang kita sidak, sama sekali tidak memiliki kebun inti. Jadi hanya mengandalkan TBS dari kebun masyarakat,\" bebernya.

Menurutnya, dari sidak ini untuk sementara pihaknya berkesimpulan, penurunan harga TBS terkesan dilakukan sepihak oleh perusahaan. Dimana penurunan itu juga sama sekali tidak memiliki dasar.

\"Tentu saja kita menilai permasalahan ini tidak bisa dianggap remeh, jadi sudah selayaknya pemerintah bersikap,\" tegas Jonaidi.

Ia menerangkan, dalam waktu sepekan sudah beberapa kali harga TBS turun, mulai dari Rp 3.140 turun menjadi Rp 3.090. Kemudian turun lagi menjadi Rp 2.990 dan saat ini semakin murah, yakni Rp 800 per Kilogram.

\"Selisih harga ini seharusnya bisa menjadi atensi pemerintah daerah terhadap pabrik CPO,\" ujarnya.

Lebih jauh dikatakannya, bagaimanapun juga sikap tegas harus diambil, terlebih harga TBS saat ini diluar ketetapkan tim yang menetapkan harga TBS.

\"Jadi silakan pemerintah daerah mengevaluasi pabrik CPO. Percuma kita bicara investor, kalau keberadaannya malah tidak membuat perekonomian masyarakat tumbuh,\" singkat Jonaidi. (tux)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: