Oknum Guru Agama Diduga Arogan, Siswa Ketakutan dan Menolak Bersekolah
MARGA SAKTI SEBELAT RU - Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan Pertemuan Tatap Muka (PTM) yang belum genap seminggu, direstui oleh pemerintah dalam masa pandemi Covid-19 mulai diciderai oleh dugaan aksi arogansi oknum guru. Diduga, perlakuan kasar oknum guru ini, menimpa siswa/i di SDN 213 BU yang terletak di Desa Karya Bakti Kecamatan Marga Sakti Sebelat (MSS). Insiden ini terjadi dan dialami oleh sejumlah siswa kelas I SDN 213 BU, saat pelaksanaan Pertemuan Tatap Muka (PTM) perdana, Senin (30/8) lalu. Dikutip dari SKH radar Utara, ada dua orang siswi kelas I SDN 213 BU, diduga mendapatkan perlakuan kasar oknum guru Mata Pelajar (Mapel) agama di kelas hingga kedua anak, mengadukan kejadian tersebut kepada orangtuanya. Masing-masing siswi mengaku, ditampar oleh oknum guru, menggunakan buku dan dibentak menggunakan kata-kata kasar yang mengaitkan dengan nama binatang. Spontan, kejadian tersebut membuat dua orangtua siswi meradang hingga nekat mendatangi sekolah untuk melaporkan dugaan arogansi oknum guru itu kepada kepala sekolah (Kepsek). \"Arogansi dilalukan oleh oknum guru Mapel di kelas I dan bukan kali ini saja. Sudah sering, bahkan sudah banyak murid yang mendapatkan perlakuan yang sama dari oknum guru itu tapi tidak pernah dilaporkan secara resmi ke sekolah. Sehingga hari ini (kemarin, Red), saya bersama satu orang wali murid lainnya, mendatangi sekolah untuk melaporkan kejadian yang dialami anak saya kepada Kepsek,\" ujar wali murid yang anaknya menjadi korban, Joni Iswanto, ST. Diungkapkan Joni, insiden ini ia ketahui setelah ada laporan dari anaknya. Keterangan yang ia terima dari anaknya, oknum guru itu, sempat menampar menggunakan buku dan mengeluarkan kata-kata kasar dengan sebutan nama binatang. Diakui Joni, insiden tersebut membuat psikologis anaknya down dan tidak mau ke sekolah, bila masih bertemu dengan oknum guru Mapel Agama tersebut. \"Psikologis anak saya terpukul dan tidak mau sekolah bila masih bertemu dengan oknum guru itu. Kami ke sekolah karena kejadian ini sudah sering dilakukan oleh oknum guru itu. Bahkan perlakuan arogansi oknum guru ini sempat membuat siswa sebelumnya, tidak mau sekolah. Kami berharap bisa ditindak tegas supaya tidak terulang dan menimpa siswa lainnya,\" tegas Joni. Diakui Joni, pihaknya tidak membawa persoalan ini ke ranah hukum karena pada prinsipnya, Joni berharap, insiden ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk berbenah dan melakukan pembinaan terhadap oknum guru agar peristiwa serupa tidak terulang dan tidak menimbulkan dampak serius yang mempengaruhi hak pendidikan anak. Diakui Joni, hampir setiap siswa angkatan baru di kelas yang sama, mengeluhkan hal yang sama. Ini menunjukan, kata Joni, karakter oknum guru itu tidak wajar. Jika terus dibiarkan, Joni khawatir, kondisi ini akan berdampak buruk pada mental dan karakter anak. \"Cara oknum guru ini mengajar, tidak sesuai kurikulum. Masak anak ditampar dan bentak dengan kata kasar dan sebutan nama binatang? Kalau terus dibiarkan seperti ini, mental dan karakter anak akan sangat terdampak. Kami berharap berhenti di sini, kita menginginkan ada perbaikan dan pembinaan serius oleh sekolah,\" pintanya. Di sisi lain, Joni telah menyampaikan desakannya kepada sekolah khususnya Kepsek agar memindahkan oknum guru untuk tidak mengajar kembali di kelas I. Bahkan bila perlu, menurut Joni, oknum yang bersangkutan segera dipindahkan dari SDN 213 BU. \"Itu sudah kami sampaikan ke Kepsek dan kiranya segera ditindaklanjuti. Karena selama guru itu masih ada, anak kami tidak mau sekolah,\" desaknya. Hal senada juga dikeluhkan orangtua siswa lainnya yakni Kohar. Diungkapkan Kohar, anaknya juga menjadi korban dugaan arogansi oknum Mapel Agama di SDN 213 BU. Mmenurut Kohar, anaknya ditampar oleh oknum guru menggunakan buku hingga membuat muka anaknya merah. Bahkan kata Kohar, kejadian ini tidak hanya dialami anaknya dan terjadi pada siswa kelas I sekarang tapi anak-anak lainnya dan siswa angkatan sebelumnya, juga mengalami perlakuan yang sama. \"Bahkan, dulu sampai ada siswa yang tidak mau sekolah lagi akibat perlakuan oknum guru itu. Sekarang terjadi kepada anak kami, selama ini tidak ada orangtua yang mau melapor ke sekolah,\" bebernya. Lebih jauh Kohar sepakat, oknum guru ini harus dipindah dari kelas mengajarnya atau dipindahkan ke sekolah lain. Pasalnya, tindakan kasar tersebut sudah membuat mental anak down hingga tidak mau sekolah bila masih bertemu oknum guru itu. \"Kalau tidak, kami (orangtua) akan membuat petisi untuk menyikapi persoalan ini,\" ancam Kohar. Terpisah, Kepala SDN 213 BU, Didik, S.Pd mengaku, telah menerima laporan dari orangtua siswi yang tidak terima dengan sikap yang diduga arogansi oknum guru Mapel di sekolahnya. Dalam konteks ini, Didik menyambut positif laporan yang disampaikan oleh orangtua muridnya dan Ia tak menepis, pihaknya sudah sering mendapatkan keluhan terkait insiden yang diduga dilakukan oleh oknum guru tersebut. Hanya saja, keluhan yang diterima baru sebatas katanya dan tidak dibarengi dengan laporan langsung dari orangtua siswa. \"Selama ini, baru katanya saja. Sehingga kita belum bisa bersikap namun saya secara personal, sudah sering melakukan pembinaan dan mengingatkan oknum guru yang bersangkutan untuk mengubah sikapnya. Tapi faktanya terjadi lagi dan kita mendapat laporan langsung dari orangtua siswa,\" ujarnya. Menanggapi laporan tersebut, Didik memastikan, pihaknya akan melaksanakan fungsinya sebagai Kepsek untuk melakukan pembinaan lebih tegas kepada oknum yang bersangkutan. Bila peristiwa serupa tetap terulang, Didik memastikan, menyerahkan sepenuhnya oknum guru ini kepada pihak yang lebih berwenang. \"Sesuai kapasitas dan kewenangan kami, akan upayakan langkah pembinaan lebih maksimal. Selanjutnya, jika kejadian masih terulang. Tentu kami akan serahkan sepenuhnya untuk diproses oleh pihak yang lebih berwenang,\" tegasnya. Lebih jauh Didik berharap, insiden ini tidak terulang dan Didik menyambut baik sikap orangtua siswa yang sudah berkoordinasi untuk melaporkan peristiwa yang dialami anaknya ke sekolah. \"Ini merupakan cambuk bagi kita untuk terus berbenah lebih baik lagi. Kita terima dan sambut baik keluhan yang disampaikan oleh orangtua siswa. Semoga tidak terulang kembali,\" harapnya. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, Ketua Korwil Pendidikan Putri Hijau, Suyanto, S.Pd, belum dapat memberikan tanggapan atas insiden di wilayah kerjanya ini. Beberapa kali upaya mengkonfirmasi melalui sambungan ponsel pribadinya, belum mendapatkan respon.(sig)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: