Melirik Keterbatasan SDN 225 BU di Alas Bangun
Reporter:
Redaksi|
Editor:
Redaksi|
Senin 11-03-2019,12:20 WIB
- Ruang Disekat Triplek, Siswa/i Tak Bisa Konsentrasi
BELAJAR di sekolah yang nyaman, dilengkapi fasilitas penunjang yang layak, menjadi impian seluruh anak di negeri ini. Sayangnya, itu hanya hayalan dan mimpi bagi siswa/i di SDN 225 BU yang terletak di Alas Bangun Desa Bukit Harapan Kecamatan Pinang Raya. Sejak sekolah ini dibangun menjadi kelas jauh dan saat ini, ditetapkan sebagai sekolah defenitif, siswa/i hanya mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan fasilitas seadanya. Bahkan beberapa siswa mengaku, tidak bisa konsentrasi dalam belajar karena ruangan kelas yang digunakan hanya dibatasi triplek sebagai penyekat.
Sedikitnya, dua ruang kelas yang disekat karena lima ruang kelas di sekolah ini, tak cukup menampung siswa/i dan guru. Mau tau bagaimana perjuangan siswa/i dan guru di SDN 225 BU ini? Simak laporan berikut.
SIGIT HARIYANTO - PINANG RAYA
SDN 225 BU di Alas Bangun merupakan sekolah pengembangan SD induk di Desa Bukit Harapan Kecamatan Pinang Raya. Pemerintah daerah melalui dinas terkait telah menetapkan status sekolah dengan 115 siswa/o ini sebagai sekolah defenitif.
Harapannya, setelah diakui melalui penetapan nomenklatur baru ini, pemerintah lebih serius memberikan perhatian terhadap KBM di sekolah tersebut.
Faktanya, status itu belum cukup memberikan perubahan terhadap kenyamanan siswa/i dalam melaksanakan KBM. Ini dibuktikan dengan kondisi sekolah yang masih kekurangan ruang belajar dan harus menyekat ruang belajar untuk mencukupi kebutuhan ruang bagi siswa/i dan ruang kantor guru. Ruang yang terpaksa disekat itu meliputi ruang atau lokal belajar siswa/i kelas III dan IV, serta kelas V dan kelas II.
Salah satu siswi SDN 225 BU, Soleha mengaku, sejak mengenyam pendidikan dari kelas I sampai kelas VI. Ia tidak bisa belajar dengan fokus karena ruang belajar yang digunakan tersekat menjadi dua bagian hingga menimbulkan suara berisik dan kerap terganggu oleh kegiatan siswa/i dari kelas sebelahnya.
\"Belajarnya berisik dan banyak yang ganggu. Jadi ngak bisa konsentras. Ribut, banyak yang main karena kelasnya dibagi,\" keluhnya.
Terpisah, Kepala SDN 225 BU, Suprinal, S.Pd mengaku, dua ruang belajar di sekolah yang ia pimpin, terpaksa disekat. Ini terjadi karena antara ruang belajar yang dimiliki sekolah dengan jumlah siswa/i tidak seimbang. Sehingga kegiatan belajar seperti kelas III dan kelas IV serta kelas V dan kelas II, harus berdampingan atau disekat. Selain untuk memenuhi mengakomodir jumlah siswa/i yang ditampung. Ruangan yang ada di SDN 225 BU ini, juga harus terbagi untuk ruangan guru. Sedikitnya kata Suprinal, sekolahnya memiliki enam tenaga didik yang terdiri dari dua guru PNS, dua GBD dan dua honorer murni.
Suprinal mengaku, sekolah sudah menyampaikan laporan dan usulan terkait kekurangan ruang belajar itu ke dinas terkait melalui proposal. Hanya saja, proposal pengajuan untuk penambahan dua ruang belajar itu, belum mendapat respon positif. Sehingga memaksa siswa untuk belajar dengan kondisi seadanya.
\"Sudah diajukan terus. Tapi belum ada respon berupa realisasi,\" terangnya.
Setiap tahun, kata dia, jumlah siswa/i di sekolahnya, terus mengalami peningkatan. Pasalnya, selain menampung anak didik di wilayah Alas Bangun, sekolahnya juga menjadi rujukan bagi anak dari beberapa desa di Kecamatan Napal Putih untuk mengenyam pendidikan. Suprinal berharap, dinas terkait bisa mengakomodir penambahan ruang belajar supaya siswa/i dapat melaksanakan KBM dengan baik.
\"Selain butuh tambahan ruang belajar, kita juga butuh perpustakaan. Mengingat anak-anak di sini, jauh dari keramaian dan membutuhkan fasilitas edukasi yang bisa membuat siswa/i betah di sekolah dengan kegiatan positif,\" pintanya.
(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: