Melihat Tanggapan Warga Atas Kampanye
Reporter:
Redaksi|
Editor:
Redaksi|
Senin 25-02-2019,11:47 WIB
- Calon Lebay, Simpatisan Lebih Nyinyir
KIAN dekatnya Pemilu serentak yang sebentar lagi digelar, para politisi berlomba-lomba melancarkan aksi kampanyenya demi untuk duduk di kursi DPR, DPR, dan DPD. Hal ini dilakukan dengan pemasangan alat peraga kampanye di jalanan, juga media dan jejaring sosial saat ini dilirik sebagai sarana untuk mendulang dukungan suara. Simak respon masyarakat berikut ini;
HENDRA DINATA - ARGA MAKMUR
Kampanye lengkap dengan janji-janji politik saat ini, merambah pada seluruh tempat. Di jalan, di warung, di tempat orang nikahan, tempat orang meninggal, bahkan di handphone. Semua politisi beramai-ramai membuat status janji-janji dan sok dekat dengan rakyat, hanya demi mendapatkan suara pada Pemilu 17 April 2019 mendatang.
Janji-janji manis sungguh menggoda, menyebut dirinya mulia, dan ada hanya untuk kepentingan rakyat semata. Pemain lama dan pemain baru disebut-sebuat sama saja. Meski demikian, warga mengaku tahu, mana yang benar-benar terbukti dan tak hanya janji. Dan tahu pula mana yang hanya tukang gombal dan tak pernah merealisasikan janjinya.
Tak hanya di kehidupan nyata. Di dunia maya, sosial media sendiri, dilirik menjadi wadah yang dirasa sangat berpengaruh di era millenial saat ini untuk menarik simpati dan dukungan.
Tak jarang pula pro kontra terjadi dari para simpatisan di jejaring sosial, yang dalam rangka mengampanyekan dan mendukung calon yang menjadi pilihannya tersebut.
Bahkan, tak jarang yang menyebut orang lain nyinyir berkampanye, padahal warga menyebut orang tersebut juga harusnya sadar, setiap detik malah bikin status, tepatnya; lebih nyinyir.
Seperti disampaikan, Ratna, pedagang dan juga ibu rumah tangga (IRT) ini menyebut, sudah umum dimana-mana bahkan di tiap sudut ada saja bahasan mengenai kampanye Pemilu.
\"Di kehidupan sehari-hari sampai di dunia maya saat ini dipenuhi oleh berbagai macam bahasan politik. Sampai terkadang mengundang debat tak jarang juga hujatan dari masing-masing pendukung. Kadang saya hanya nyengir alias ngakak saja melihatnya dan kadang muak juga kalau yang dilihat seperti ini semua setiap hari. Apalagi soal janji yang sering diumbar para calon yang kadang lebay (berlebihan). Kita tahulah mana orang-orang yang memang berkompeten yang tidak hanya omong doang dalam visi misi-nya, semua kembali ke pilihan hati nurani masing-masing yang menentukan,\" katanya.
Terpisah, Harudi yang seorang pegawai swasta, menganggap hal ini sudah seperti tradisi umum demokrasi, yang kini merambah sosial media.
\"Saya tidak terlalu mengikuti, namun saya tetap memiliki pilihan sendiri dalam capres dan caleg kelak. Tetapi tidak terlalu menanggapi yang sampai berdebat panas mendukung pilihannya seperti kebanyakan sekarang di manapun tempatnya. Apalagi di sosmed, tiap kali saya buka ada saja perdebatan mengenai Pemilu. Kalau dalam mengumbar janji kampanye saya rasa itu masih wajarlah dilakukan para calon dan simpatisan dalam mencari dukungan di masyarakat. Namun yang disayangkan itu jika harus sampai memecah belah, saling hujat hanya karena beda dukungan, itu yang kadang buat rengam dan masa bodah dengan situasi politik,\" pungkasnya.
(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: