Warna-Warni Jelang Pilleg 2019

Warna-Warni Jelang Pilleg 2019

  • Berlomba Pasang Baliho, Berjanji Bak Malaikat
JELANG pemilihan legislatif (pilleg), pada 17 April 2019 mendatang. Para kompetitor yang bakal bertarung untuk menduduki kursi dewan, baik tingkat daerah, provinsi hingga pusat. Mulai berlomba-lomba mencari simpati masyarakat. Mulai dari pemasangan baliho hingga yang selama ini tak tampak dipermukaan, mulai menunjukan simpati langsung ke masyarakat. Ingin tahu euforia jelang Pilleg 2019? Simak laporan berikut : JHONY ISKANDAR - AGROPOLITAN BALIHO lengkap dengan foto dan lambang Parpol Calleg mulai menghiasi, disepanjang sudut jalan lintas. Tak terkecuali di wilayah Kecamatan Lais. Bertujuan mempromosikan diri, baliho para calleg seakan mengambarkan ambisi untuk mendulang suara terbanyak. Bak pemain lama, para pemain lama pun tak ingin ketinggalan dengan kompetitor baru. Para sosok lawas bahkan yang tengah duduk di kursi dewan, yang semula jarang berada di tengah-tengah masyarakat. Datang bak malaikat, mengumbar janji-janji politik yang belum tentu ditepati. Iskandar, pemuda di Kecamatan Lais mengaku sudah cukup familiar kepada sejumlah calleg. Pasalnya, tidak sedikit pula baik stiker, kalender milik sejumlah calleg datang dan diserahkan ke masyarakat. \"Kalau tidak salah, sudah ada 5 orang yang mengaku utusan calleg datang ke rumah. Sembari membawa kalender dan stiker, mereka meminta agar memberikan suara. Ya, saya terima-terima saja. Tetapi untuk pilihan, saya juga sudah ada pilihan sendiri,\" tuturnya. Salah satu pengamat politik yang namanya tak asing lagi di Provinsi Bengkulu, Azhar Marwan tidak menampik fenomena \"pahlawan\" dadakan muncul jelang pemilu termasuk pilleg. Menurutnya, pemasangan baliho bahkan datang ditengah-tengah masyarakat, merupakan warna dalam pesta demokrasi. Karena dengan demikian, masyarakat pun tahu sosok calon yang akan dipilih nantinya. \"Sudah menjadi tradisi. Sekarang tinggal lagi masyarakat, memilah. Artinya yang mana layak diperjuangkan dan sebaliknya,\" katanya. Sah-sah saja menarik simpati masyarakat melalui perkuat pemasangan baliho disertai muncul ditengah-tengah masyarakat. Namun, lanjut dia, yang paling diharamkan dalam pesta demokrasi, saling menjatuhkan dengan cara tidak baik. \"Bahkan satu keluarga saja, ada yang berbeda pilihan. Namun di-era milenial seperti sekarang, masyarakat tentu sudah paham situasi politik seperti apa. Ya balik lagi, layak atau tidaknya tentu tergantung kompetitor selama ini ke masyarakat. Bagi pendatang lama, masyarakat tentu melihat amanah selama ia duduk. Begitu pula untuk pendatang baru. Masyarakat tentu terlebih dahulu akan mencerna melalui visi dan misi mereka,\" pungkasnya. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: