Pers Pilar Utama Perangi Hoaks

Pers Pilar Utama Perangi Hoaks

FAJAR - Peran pers sangat vital. Mulai dari pembentukan opini hingga menciptakan tokoh. Tetapi, di sisi lain pers juga bisa menjatuhkan tokoh. Anggota DPD RI, Ajiep Padindang mengatakan itu duduk di kursi khusus narasumber diskusi publik peranan Pers dalam pembangunan SDM di Sulsel yang digelar PWI Sulsel di Sekretariat PWI Sulsel, Senin, 7 Januari. Menurutnya, era digital penyebaran informasi sangat cepat. Masif di media sosial. Baik hoaks maupun informasi fakta. Baru atau informasi lama. Banyaknya informasi yang beredar itu, kata dia, maka peran para pekerja pers untuk menetralisasi informasi yang beredar. Harus menyebar informasi yang tepat dan benar. Termasuk menciptakan sosok tokoh yang tepat. \"Seorang tokoh muncul karena pers. Semakin sering muncul di media akan semakin terkenal. Itu adalah power yang dimiliki pers,\" katanya. Pria kelahiran BatuLappa, Kabupaten Bone, 30 September 1959 ini menuturkan, tokoh-tokoh pers yang diciptakan adalah penggerak atau pendorong terciptanya perubahan untuk kepentingan masyarakat. \"Di sini-lah peran Pers sebagai sosial partisipasi. Ini yang penting,\" ucapnya. Salah satu contoh isu yang paling banyak dibicarakan adalah mengenai tenaga kerja asing. Di mana, hampir semua proyek yang dikerjakan perusahaan asing, selalu membawa tenaga kerja dari asal negaranya. Hal ini terkadang dikupas, tetapi tidak mendalam di media. Juga, kurang berimbang. Kehadiran tenaga asing itu tidak lain dikarenakan bahasa. Petunjuk penggunaan alat. Petunjuknya menggunakan bahasa negara lain. Hal inilah yang menjadi pemicu tenaga kerja lokal sulit bersaing. Karena itu, masalah ini harus dipecahkan. Dicari solusinya. \"Apakah tenaga kerja kita mengerti itu? Kita harus mencontoh tenaga kerja luar yang mempelajari bahasa negara-negara lain. Saya punya pengalaman di Vietnam, waktu itu makan di salah satu restoran. Pelayanan menawarkan menu dengan bahasa Indonesia. Kami kaget. Sekaligus takjub. Hal itu yang perlu dipahami,\" tambahnya. Dosen Ilmu Komunikasi Unhas, Muhammad Akbar juga menyatakan hal serupa. Di mana peran pers sangat strategis dalam mempengaruhi publik. Mereka bisa mengorbitkan tokoh dan meredupkan tokoh. Sebetulnya, banyak tokoh yang ada di Indonesia dan Sulsel. Tetapi, karena tidak diorbitkan media sehingga tidak muncul kepermukaan dan dikenal orang. \"Sehingga ada pepatah yang muncul, ciri-ciri orang luar biasa itu adalah banyak dikenal dan kurang mengenali. Semakin banyak dikenal maka hebat orang tersebut,\" ucapnya. Mantan direksi PDAM Kota Makassar itu juga melihat banyak pejabat yang sebetulnya memiliki inovasi tetapi, enggan berkomunikasi dengan wartawan. Imbasnya, inovasinya tidak mengemuka. Hal tersebut adalah sebuah kesalahan besar. Tanpa pers, ibarat sayur tanpa garam. Kalau tidak ada pers, juga sangat berbahaya. Karena tidak ada yang menjalankan fungsi kontrol sosial. \"Jadi prinsip utamanya adalah keseimbangan. Sehingga waktu saya jadi Direktur PDAM selalu berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan teman-teman wartawan. Penilaian terbaik bisa muncul dari wartawan karena mereka menilai secara objektif,\" tambahnya. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: