Diterjang Badai Salju, Mahasiswa Liverpool Asal Bengkulu Kritis

Diterjang Badai Salju, Mahasiswa Liverpool Asal Bengkulu Kritis

ULOK KUPAI RU - Syahrie Anggara 25 tahun, mahasiwa kimia Liverpool Hope University yang merupakan warga Desa Tanjung Dalam Kecamatan Ulok Kupai Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu, dikabarkan mengalami kecelakaan dan kritis. Pemuda asal BU ini, tengah menjalani pendidikan master Kimia (Ph.D) di Liverpool Inggris. Syahrie, begitu pemuda kelahiran 10 Maret 1992 Tanjung Dalam ini, menghadapi masa kritis setelah jebolan S1 Universitas Bengkulu (Unib) tersebut melaksanakan perjalanan atau hicking di kawasan Couermayeur yang berdampingan dengan sisi gunung Mont Blanc Itali- Roma, dihantam badai salju bersama rekannya yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPIUK), Jumat (15/9) lalu. Informasi yang dihimpun dari sejumlah sumber menyebutkan, akibat terjangan badai salju tersebut, korban mengalami hipotermia parah dengan suhu tubuh 24 derajat. Sementara informasi dihimpun oleh RU dari pihak keluarga di Tanjung Dalam yang didapat melalui kabar KBRI di Inggris. Korban sedang menjalani perawatan intensif di RS (Ospidale) Molinette, Turin dan kondisinya masih kritis, terkena serangan sirkulasi ekstrakorporeal. \"Iya benar, Syahrie Anggara adalah anak saya yang sedang menjalani studi di Inggris melalui beasiswa LPDP Kemenkeu RI,\" ujar ayah kandung korban, Khairunas yang merupakan mantan Ketua BKAD Kecamatan Ulok Kupai ini. Lanjut Khairunas, anaknya berada di Italia Roma karena sedang mengisi hari luang. Sejauh ini menurut Khairunas, anaknya sudah mengikuti pendidikan S2-nya di Inggris selama 1,5 tahun. Dijadwalkan, pada Bulan Januari tahun 2018 mendatang, korban akan menjalani prosesi wisuda paska sarjana. \"Dia (korban,red) sedang hicking bersama temannya yang tergabung dalam PPIUK. Tanpa disadari, saat rombongan anak saya sampai di daerah jalan setapak area pegunungan Mont Blanc, dihantam badai salju. Kawan-kawan anak saya juga terkena badai. Tapi kondisi yang paling parah adalah anak saya. Sekarang, anak saya sedang di RS Itali Roma dengan keadaannya yang kritis. Itulah informasi yang baru saya dapatkan dari KBRI Inggris saat menghubungi kami di rumah,\" kisah ayah korban sembari menahan tangis. Kahirunas, sangat berharap pemerintah Indonesia khususnya Pemkab Benteng bisa merespon musibah yang terjadi kepada anaknya ini. Mengingat sejak musibah itu terjadi, Khairunas belum mendapat kesempatan untuk mengetahui kondisi terakhir anaknya secara langsung. Pihak keluarga berharap,  pemerintah bisa memfasilitasi keberangkatan keluarga korban untuk memastikan kondisi anaknya yang sedang berjuang melawan maut itu. \"Karena anak saya ini berangkat berdasarkan izin dan rekomendasi Pemkab Benteng dan satu-satunya mewakili mahasiswa dari Bengkulu. Saya berharap pemerintah bisa memfasilitasi kami keluarga korban untuk menengok langsung anak saya di Itali, Roma. Sejak kabar itu didapatkan dan dipastikan bahwa yang menjadi korban itu anak saya. Kami sekeluarga menjadi tidak tenang dan terus berharap bisa mendapat akses untuk melakukan komunikasi langsung kepada anak saya. Sementara ini informasi yang kami andalkan hanya menunggu kabar dari KBRI Inggris, \" pinta ayah korban dengan nada penuh harapan agar anaknya bisa terselamatkan. Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Dalam Kecamatan Ulok Kupai, Asri Ansori mengaku, pihaknya sudah menerima kabar terkait musibah yang dialami pemuda berprestasi asal desanya itu. Bersama keluarga, lanjut Kades, pihaknya masih berkoordinasi dan menantikan kabar perkembangan dari KBRI sembari berkoordinasi dengan Pemkab Benteng. \"Kami masih menunggu kabar perkembangannya. Kami sudah koordinasi ke Pemkab Benteng tapi belum ada respon positif,\" kata dia. Sementara itu, Kepala BKPSDM Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng), H Fajrul Rizky, MM, ketika dikonfirmasi RU sore kemarin, tak menyangkal jika Syahrie Anggara merupakan salah seorang ASN di Kabupaten pemekaran dari Bengkulu Utara itu. Meski menyatakan belum menerima informasi terkait peristiwa yang dialami ASN di lingkungan Pemkab Benteng itu di Inggris, namun Fajrul tak menampik jika Syahrie mendapatkan rekomendasi dan izin belajar. \"Betul, dia (Syahrie) ASN di Pemkab Benteng dan mendapatkan izin belajar ke Inggris. Soal kejadian yang dikabarkan itu, kami belum tahu dan belum mendapatkan informasi baik dari keluarga maupun informasi resmi lainnya,\" singkatnya, ketika dikonfirmasi melalui sambungan telpon pribadinya. Sementara itu, sesuai data yang berhasil dihimpun RU di lapangan. Korban merupakan satu-satunya mahasiswa asal Provinsi Bengkulu yang mendapat beasiswa LPDP dari Kementerian Keuangan RI untuk melanjutkan master Kimia di Liverpool Inggris pada awal tahun 2016 lalu. Selain terdaftar sebagai mahasiswa S2, korban juga berstatus PNS di BLH Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng). Korban diberangkatkan ke Inggris untuk menyelesaikan masternya dengan rekomendasi yang diberikan oleh Pemkab Benteng. Korban yang merupakan anak dari pasangan suami istri (Pasutri) Khairunas, 48 tahun dan Nurbaiti, 40 tahun, memiliki segudang prestasi hingga berhak mendapatkan tiket untuk menyelesaikan pendidikan S2-nya di Inggris. Saat menjalani pendidikan S1 di Unib sebagai mahasiwa Kimia. Korban, pernah diberi mandat sebagai peserta pertukaran pelajar antar Negara utusan Unib dengan pengalaman studi yang pernah ia jalani di Amerika, Thailand hingga Jepang. (sig)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: