Menurut Tundjung, tradisi tersebut berkaitan dengan perjanjian Abiproyo antara Panembahan Senopati (Raja Mataram) dengan Nyai Roro Kidul. Diterangkan bahwa, pada malam satu Suro, Nyai Roro Kidul akan membantu kerajaan Mataram melawan musuh. Masyarakat Jawa yang bertandang ke keraton pada malam satu Suro, akan dianggap sebagai kawula Mataram yang akan dilindungi dari marabahaya.
Oleh karena itu, beberapa kalangan masyarakat Jawa lebih menyarankan pergi ke keraton pada malam satu Suro daripada keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Dan sampai hari ini, tradisi itu masih tetap eksis, salah satunya dilakukan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang menggelar Kirab Satu Suro pada malam satu Suro.*