RADARUTARA.ID- Pekerjaan sangat penting. Tapi tidak semua orang beruntung mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Bahkan masyarakat di negara tertentu harus menelan pil pahit akibat peluang kerja yang terbatas. Ini, lah yang kemudian hari membuat sejumlah negara memiliki angka pengangguran sangat tinggi di dunia.
Lalu, negara mana sajakah yang dimaksud dan kenapa pekerjaan di negara tersebut sudah? Sesuai hasil rangkuman data Statista, berikut ini 5 negara dengan angka pengangguran tertinggi di dunia.
1. Afrika Selatan
Tingginya angka pengangguran di Afrika Selatan yang mencapai sekitar 28,4% dipengaruhi oleh sejumlah permasalahan. Diantaranya karena akses ke pendidikan berkualitas sangat terbatas.
Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak siap memasuki pasar kerja yang kompetitif. Padahal, ekonomi Afrika Selatan telah mengalami pergeseran dari industri berbasis sumber daya alam ke sektor jasa dan teknologi yang lebih maju.
Perubahan tersebut memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan khusus yang seringkali tidak dimiliki oleh sebagian besar angkatan kerja di sana. Masalah lain yang menyebabkan angka pengangguran di Afrika Selatan menjadi paling tertinggi di dunia yakni warisan apartheid.
Artinya, kebijakan diskriminatif pada masa lalu menyebabkan adanya ketimpangan yang signifikan dalam hal kepemilikan tanah, akses ke sumber daya, dan kesempatan kerja bagi populasi kulit hitam.
BACA JUGA:Mulai 1 Juni 2024 Tarif Listrik PLN Non Subsidi Jadi Segini
2. Djibouti
Sebenarnya, Djibouti sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi di sana cenderung tidak merata dan seringkali hanya bergantung pada sektor tertentu seperti logistik dan jasa pelabuhan. Ketergantungan inilah yang membuat peluang kerja menjadi lebih terbatas.
Di sisi lain, pertumbuhan populasi Djibouti cukup tinggi yang membuat tekanan pada pasar semakin meningkat. Dalam hal ini, jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak cukup untuk menampung jumlah angkatan kerja. Di tengah permasalahan itu, banyak masyarakat Djibouti yang tidak memiliki akses pendidikan dan pelatihan sehingga mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pekerjaan tertentu.
3. Palestina
Konflik berkepanjangan dengan Israel menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan politik di Palestina. Tak bisa dimungkiri bahwa pembatasan gerakan dan kontrol atas perbatasan yang dilakukan Israel sangat membatasi kemampuan Palestina untuk mengembangkan ekonominya.
Blokade yang diterapkan oleh Israel di Jalur Gaza juga telah menyebabkan kelangkaan barang, bahan baku, dan energi. Hal ini menghambat operasi bisnis dan mengurangi kesempatan kerja.
Selain itu, banyaknya infrastruktur yang rusak akibat konflik turut menghalangi pertumbuhan ekonomi di sana. Alhasil, perekonomian Palestina sampai saat ini masih terus bergantung pada bantuan luar negeri.