Terjadilah peperangan yang tidak seimbang, antara Gajah Mada dan pasukannya yang berjumlah besar.
BACA JUGA:Misteri Dieng Plateau Wonosobo, Tempat Persemayaman Bagi Dewa dan Lelembut
Sedangkan Kerajaan Sunda dengan pasukan kerajaan yang berjumlah sangat sedikit.
Perang Bubat ini berakhir dengan gugurnya Raja Linggabuana, para menteri, hingga pasukan pengawal kerajaan.
Tradisi menyebutkan, jika dengan hati yang sangat sedih dan berduka, Putri Dyah Pitaloka melakukan bela pati atau mengakhiri hidupnya untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya.
Adik dari Putri Dyah Pitaloka, yaitu Pangeran Niskala Wastu Kencana, yang tidak ikut ke Majapahit pun setelah dewasa menjadi pemimpin di tanah Sunda.
Ia pun akhirnya menerapkan aturan tentang larangan beristri dari luar daerah Sunda untuk kerabat kerajaan.
Sebagian lain ada yang mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak dari Majapahit. Larangan inilah yang kemudian ditafsirkan bahwa orang Sunda dilarang untuk menikahi orang Jawa.*