RADARUTARA.ID- Sejak memasuki tahun 2024 ini produksi emping melinjo dari Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara mulai menurun. Akibatnya, keberadaan emping melinjo di pasaran pun mulai sulit untuk ditemukan.
Ibu Iksan salah seorang pengrajin emping Melinjo dari Desa Banjar Sari Kecamatan Enggano mengatakan produksi buah melinjo di desanya mulai sulit untuk didapatkan karena belum memasuki masa musim berbuah.
"Sudah sejak awal tahun 2024 lalu keberadaan buah melinjo menurun. Dan sekarang ini tengah pada masa puncak sulitnya. Karena itu, untuk sementara kami tidak bisa produksi emping lagi. Sebab, buahnya tidak ada," jelasnya saat dibincangi radarutara.id, Rabu (17/4/2024).
BACA JUGA:Kepala Daerah Diminta Berikan Sanksi Kepada Perusahaan Sawit yang Tak Miliki Sertifikasi ISPO
Hanya saja ia menyebut, meski di wilayah desanya tengah mengalami kesulitan buah melinjo. Namun di sejumlah desa lain di wilayah Pulau Enggano masih tetap ada yang memproduksi buah melinjo.
"Beberapa desa lain masih ada yang berbuah. Tapi itu juga gak banyak. Yang jelas, untuk produksi buah emping dari buah melinjo dari Pulau Enggano tetap ada setiap hari," terangnya.
Untuk saat ini harga buah melinjo dari tangan petani sudah mencapai Rp200 ribu per kaleng. Sementara itu, pada musim buah harga buah melinjo bisa di dapatkan di harga Rp150 ribu per kaleng.
"Karena harga bahan bakunya mahal. Maka untuk di masa sulit buah melinjo ini. Harga emping melinjo dari tangan pengrajin sudah naik menjadi Rp70 ribu per kilogram. Sementara itu, untuk harga saat musim buah pada kisaran Rp50-Rp60 ribu per kilogram," bebernya.*