RADARUTARA.ID- Presiden terpilih Senegal, Bassirou Diomaye Faye, dilantik sebagai pemimpin baru untuk negara itu pada hari Selasa pekan ini, naik ke atas panggung dengan mengandeng tangan kedua istrinya Marie dan Absa.
Dengan demikian, secara sah pula Senegal memiliki dua ibu negara. Tentu hal, ini menjadi catatan sejarah pertama kalinya bagi Senegal dan belum pernah terjadi dalam politik nasional negara Afrika Barat yang memiliki dua ibu negara.
Poligami, adalah praktik tradisional dan keagamaan yang tertanam kuat dalam budaya Senegal yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam.
Marie Khone yang hingga kini tak pernah menjadi sorotan, berasal dari desa yang sama dengan Faye yang berusia 44 tahun. Mereka menikah 15 tahun lalu dan memiliki empat anak.
BACA JUGA:Diterjang Banjir, Stadion Mini Jebol dan 9 Rumah Warga di Kecamatan Giri Mulya Terendam
Dia menikahi istri keduanya Absa, lebih dari setahun yang lalu. Meski dikritik, Faye yang memperoleh 54,28 persen dalam pemilu tanggal 24 Maret lalu, tidak menunjukkan apa-apa selain rasa bangga terhadap situasi keluarganya.
"Saya punya anak-anak yang cantik karena saya punya istri-istri yang luar biasa. Mereka sangat cantik. Saya bersyukur kepada Tuhan mereka selalu mendukung saya sepenuhnya," ujarnya saat mencalonkan diri sebagai presiden, melansir France 24, Kamis, 4 April 2024.
Poligami telah lama menimbulkan kontroversi dan penampilan publik Faye, dengan kedua istrinya selalu berada di sisinya dan didukung oleh ribuan pendukungnya telah menjadikannya topik pembicaraan utama di media, sehingga memicu beragam reaksi.
"Ini adalah pengakuan tertinggi terhadap tradisi poligami di kalangan petinggi negara, dengan situasi yang mencerminkan realitas Senegal,” kata sosiolog Djiby Diakhate. Banyak laki-laki memuji praktik ini sementara perempuan cenderung tetap “tidak percaya”, tambahnya.
BACA JUGA:Jangan Asal Khusyuk, Begini Niat Sholat dan Cara Menghidupkan Malam Lailatul Qadar yang Benar
Meski demikian, banyak perempuan Senegal yang menganggap poligami adalah hal yang munafik dan tidak adil, sementara Komite Hak Asasi Manusia PBB mengatakan dalam laporan tahun 2022 bahwa poligami merupakan diskriminasi terhadap perempuan dan harus diakhiri.
Poligami tersebar luas di Senegal khususnya di daerah pedesaan dan dianggap sebagai cara untuk memperluas keluarga.
Islam membolehkan laki-laki beristri hingga empat orang asalkan mereka mampu secara finansial. Dalam kasus seperti ini, diperlukan waktu yang sama dan bergantian bersama para istri, antara dua hingga tiga hari.*