RADARUTARA.ID- Tanaman jewawut atau sekoi merupakan tanaman biji-bijian yang banyak dikonsumsi di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Pulau Buru, hingga Jawa Tengah.
Tanaman jewawut sendiri sekilas tampak seperti tanaman gandum, tetapi bedanya ia jarang mempunyai anakan. Biji jewawut mempunyai bermacam warna di antaranya warna kuning, keabuan, sampai merah, ada pula yang berbulu hingga tak berbulu.
Penyebutan jewawut sendiri di setiap daerah di Indonesia berbeda-beda, diantaranya juwawut (Jawa), jewawut, kunyit (Sunda, Jawa Barat), tarreang (Polewali Mandar, Sulawesi Barat), hotong (Buru, Maluku), pokem (Numfor, Papua), witi (Bima), ba’tang (Enrekang, Sulawesi Selatan), dan sekoi (Bengkulu).
Jewawut mungkin masih asing bagi beberapa masyarakat Indonesia lantaran memang cukup jarang diolah menjadi beragam panganan.
BACA JUGA:Berkeliling Mencari Kuliner, Ini 5 Lokasi Warung yang Menjual Pendap di Bengkulu
Tetapi, tanaman jewawut sebenarnya sudah lama dikonsumsi sejak zaman dahulu. Hal ini dibuktikan dengan adanya relief tentang tanaman jewawut di Candi Borobudur.
Relief yang ada di Candi Borobudur, terpahat secara detail dengan batang tegak kecil, dengan daun tunggal yang meruncing di ujungnya. Tetapi pada tahun 2019, relief tersebut sudah tidak lagi ditemukan di bangunan candi Borobudur.
Kabar baiknya, jewawut kaya akan kandungan nutrisi yang lebih baik dibanding dengan beras dan jagung. Kandungan gizi yang dipunya seperti karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, dan serat 1,4% hal ini menurut Badan Litbang Pertanian. Sebagian besar butir foxtail millet tidak mengandung gluten.
BACA JUGA:Mencicipi Palai Badar, Pepes Teri Khas Bengkulu yang Gurih dan Harum
Dalam Jewawut terkandung mineral berupa (kalsium, besi, magnesium, fosfor, seng dan kalium) serta vitamin. Kandungan gizi dari jewawut tiga hingga lima kali lebih baik dari beras dan gandum. Daun jewawut dapat digunakan sebagai pakan dan pakan burung.
Jewawut cocok bagi pengidap diabetes lantaran mempunyai nilai indeks glikemik rendah, bahkan mengandung antioksidan yang tinggi sehingga disebut sebagai nutricereal.
Tetapi mirisnya, saat kni semakin jarang petani yang menanam jewawut, keberadaan jewawut tersisih oleh keberadaan padi dan jagung.*