RADARUTARA.ID - Negara-negara yang termasuk dalam aliansi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) merencanakan untuk membuat mata uang tunggal. Langkah ini digunakan untuk mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional.
Tak hanya itu, keputusan ini juga diambil untuk mengantisipasi situasi di mana Rusia terdesak oleh negara-negara Barat setelah melakukan invasi ke Ukraina. BRICS memiliki strategi untuk tidak membeli dolar atau euro.
Anggota parlemen Rusia, Alexander Babakov, mengungkapkan bahwa mata uang baru akan didukung oleh emas dan komoditas lain seperti unsur tanah jarang.
BACA JUGA:Jelang Lebaran Harga iPhone 11 Anjlok
Babakov mengatakan bahwa BRICS akan mempresentasikan perkembangan persiapan mata uang baru pada pertemuan puncak para pemimpin BRICS tahun ini.
Namun, klaim tersebut masih perlu diverifikasi oleh pejabat lain dari negara-negara anggota. Mata uang baru ini akan membentuk kalibrasi baru yang akan menggeser dominasi dollar AS, dan langkah pertama adalah dengan transisi transaksi dalam mata uang nasional. Pertemuan KTT BRICS selanjutnya akan diadakan di Afrika Selatan pada Agustus tahun ini.
Lalu, apakah Indonesia dan negara mitra bilateral juga melakukan hal yang sama?
Menurut pantauan RADARUTARA.ID Indonesia dengan negara mitra tidak perlu membentuk mata uang baru. Karena melihat pengalaman Eropa Selatan pada tahun 2013-2015 silam yang menjadikan satu mata uang negara sebagai mata uang jangkar negara berisiko terjadinya krisis.
Hal ini pernah terjadi pada negara Portugal, Italia, Spanyol, Yunanti yang kekuatan fiskalnya tidak sekuat negara-negara Eropa bagian Selatan lainnya.
Transaksi menggunakan mata uang lokal yang sudah berjalan saat ini, seperti bilateral currency swap arrangement (BCSA), local currency settlement (LCS), dan local currency transaction (LCT) sudah besar manfaatnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap hard currency seperti dolar AS.
Hanya saja kerjasama transaksi 'membuang' dolar dengan negara mitra dagang dan investasi perlu diperluas.
Sebagai informasi tambahan, saat ini transaksi BCSA, BI telah melakukan kerjasama dengan otoritas moneter Korea Selatan, China, Australia, Singapura, dan Malaysia. Dalam transaksi LCS BI telah melakukan kerjasama dengan otoritas setempat negara Malaysia, Thailand, China, dan Thailand.
BACA JUGA:Pecinta Hewan Wajib Tahu, Ini Tips Tinggalkan Hewan Peliharaan Saat Mudik