RADARUTARA.ID - Jason Arday (37) seorang pria yang didiagnosis menderita gangguan spektrum autisme dan keterlambatan perkembangan saat ia masih kecil.
Pria autis asal london ini belum bisa berbicara hingga berumur 11 tahun, dan mengharuskannya menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Bahkan saat usianya menginjak 18 tahun, Jason belum bisa membaca dan menulis.
Meskipun begitu, ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang dunia dan sekitarnya. Ia bertanya-tanya mengapa ada orang yang tidak memiliki rumah dan hidup di jalan? mengapa ada perang? dan sebagainya.
Dia sempat dipandang sebelah mata karena spektrum autisme dan speech delay yang dideritanya. Namun, di usinya yang 37 tahun saat ini ia menjadi pemuda kulit hitam pertama yang mendapat gelar professor di Universitas Cambridge.
Sebelumnya Jason Arday telah mengantongi sertifikat pascasarjana dalam pendidikan untuk menjadi guru olahraga, dan gelar PhD dan Livervool Jhon Moores University pada tahun 2016.
Dengan gelar professor yang ia sandang itu, Arday telah mulai mengajar sejak 6 Maret dengan mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Ia baru menyadari bahwa dirinya ialah seorang sosiolog sejak tahun 2015.
Arday pertama kali menerbitkan makalah dan menjabat sebagai dosen senior di Universitas Roehampton pada tahun 2018. Kemudia pada tahun 2021 ia menjadi professor sosiologi pendidikan di Fakultas Pendidikan Universitas Glasglow dan mendapat gelar profesor termuda di Inggris.
Ibunda dan teman yang sekaligus menjadi mentornya, ialah orang yang sangat berperan penting dalam mensupportnya menjadi lebih baik dan untuk selalu percaya diri.
Arday yang lahir dan besar di Clapham, London, suatu ketika pernah menulis tentang mimpinya di dinding kamar tidur ibunya "bekerja di Oxford atau Cambridge". Saat itu ia tak pernah terpikir jika mimpi atau cita-citanya itu akan terwujud.
"Seoptimis apapun saya, tidak mungkin saya berpikir akan terjadi. Jika saya adalah orang yang bertaruh, kemungkinanny sangat lama. Benar-benar gila," ucap Arday. *