ARGA MAKMUR RU.ID - Hari pertama stok Minyak Goreng (Migor) subsidi masuk ke Kabupaten Bengkulu Utara melalui ritel modern dalam kota, Senin (07/03) kemarin, ratusan warga langsung menyerbu dan menyebabkan stok minyak goreng ludes dalam hitungan menit. Bahkan ini kembali terulang, saat pihak toko memulai penjualan minyak pada siang di hari yang sama, stok migor yang disediakan habis dalam hitungan jam. Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten BU, H Suharlan, M.Pd meminta warga untuk sabar dan jangan panic buying atau sengaja memborong dalam jumlah banyak mengingat stok cukup banyak. \"Kami harap masyarakat membeli dalam jumlah wajar dan sesuai kebutuhan karena masih banyak yang membutuhkan sehingga tidak perlu saling berebut,\" jelas Kadis. Bahkan untuk mengantisipasi penimbunan migor ini, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan aparat untuk melakukan pemantauan dan menindak tegas oknum pedagang nakal atau oknum yang sengaja menjual migor dengan harga diatas HET. \"Kita telah menerima pengaduan terkait pedagang nakal dan pedagang musiman. Dalam waktu dekat, tim akan turun untuk mengambil tindakan,\" pungkasnya. Suharlan mengaku, sudah mendata, setidaknya delapan titik penjualan migor yang masuk dalam program khusus pemerintah itu. \"Yang ada stok baru MM Mata Air sebanyak 9.600 liter,\" ujarnya, kemarin. Dia mengamini, perlu ada alat kendali, agar penyaluran komoditi program lembaga non eselon yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan (BPD PKS, red) itu, bisa lebih merata dan mengantisipasi penimbunan oleh oknum. \"Untuk hari ini, penyaluran paling banyak 2 liter/orang. Kami juga meminta, agar penyalur memiliki alat kendali, sehingga orang yang sudah membeli memiliki tanda khusus,\" ujarnya. Komentar miring di masyarakat juga menyoroti soal kelangkaan minyak goreng murah di daerah. Ditambah lagi, harga non subsidi yang melambung tak terkendali, turut disayangkan masyarakat, lantaran tak mampu dikendalikan pemerintah. \"Saya dapet 2 liter hari ini. Heran juga sih, kok kayak gini. Masak minyak goreng kok kesannya ga bisa dikendalikan pemerintah. Padahal, perkebunan sawit banyak. Sementara, harga biasa, kini sudah melambung. Moga bisa lebih baik lagi lah,\" ungkap Dimas warga Arga Makmur, di lokasi penyaluran migor murah di salah satu gerai modern.
- Perketat Pengawasan