PADANG JAYA RU - Melalui Badan Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP), tahun 2021 ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun model percontohan budidaya maggot skala industri di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Handayani, Desa Sido Mukti, Kecamatan Padang Jaya. Ditegaskan Kepala Balai BRPPUPP, Dr Arif Wibowo, SP, M.Si, maggot yang akan dibudidayakan di Pokdakan ini adalah Maggot Black Soldier Fly (BSF). Meski dikelompokkan sebagai lalat, BSF tidak hinggap di sampah dan tidak membawa penyakit. Larva BSF yang disebut maggot juga berbeda dengan belatung lalat hijau dan lalat hitam yang menyebarkan penyakit. Pasalnya, dalam tubuh BSF mengandung zat antibiotik alami sehingga tidak membawa agen penyakit. \"Budidaya maggot ini memiliki potensi yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan pakan alami yang berkualitas tinggi,\" ungkapnya. Arif berharap, pengembangan budidaya maggot di Pokdakan Handayani akan menjadi salah satu percontohan nasional yang berhasil dan mampu memenuhi kebutuhan pakal lokal. \"Maggot mempunyai peluang sebagai bahan baku alternatif pakan ikan yang dapat mengurangi penggunaan tepung ikan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan kualitas yang baik serta dapat diproduki dengan kuantitas yang cukup dalam waktu singkat,\" lanjutnya. Sementara, Andika Rahman, S.St.Pi, M.Si selaku pembinan Pokdakan Handayani yang didirikan di tahun 2018 ini mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas kepercayaan KKP lantaran ditunjuk menjadi salah satu kelompok untuk dapat menjadi pionir pembudidayaan maggot skala industri. Menurut Andika, maggot merupakan organisme yang berasal dari telur Black Soldier Fly (BSF), pada metamorphosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang nantinya akan menjadi BSF dewasa. Maggot dapat diproduksi dengan mudah dan cepat, panennya dapat dilakukan mulai dari usia 10 hari hingga 24 hari dimana telur BSF sudah menetas dan memasuki fase larva yang tumbuh sekitar 15-20 mm hingga sebelum masuk fase pupa. \"Jika budidaya skala besar, maggot dapat tersedia dalam jumlah melimpah dan sepanjang waktu, tidak berbahaya bagi ikan karena bukan vektor penyakit serta maggot mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan yaitu kandungan protein sebesar 40persen dan lemak sebesar 25 persen,\" ungkapnya. Apalagi, lanjut Andika, produksi budidaya maggot tidak membutuhkan air dan listrik, bahan kimia dan maggot dapat pula diproses menjadi tepung maggot. \"Semoga percontohan budidaya maggot di Bengkulu Utara ini berjalan lancar dan sukses,\" harapnya. (**)
Bengkulu Utara jadi Percontohan Budidaya Maggot Nasional
Kamis 28-01-2021,16:09 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :