Melirik Kebesaran Jiwa Suyitno, Mundur dari KPM PKH

Jumat 15-02-2019,11:19 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

  • Beban Moral karena Banyak yang Lebih Membutuhkan
DI TENGAH riuh oknum warga yang \'mendadak miskin\' seiring dengan gencarnya program pemerintah untuk memberantas angka kemiskinan dengan mengucurkan berbagai program Bantuan Sosial (Bansos,red) salahsatunya, Program Keluarga Harapan (PKH). Kisah heroik, berjiwa besar, iklas dan kesatria dilakukan oleh sejumlah warga dalam Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara. Menyatakan mengundurkan diri (Exit Mandiri,red) dari KPM PKH untuk memberikan kesempatan kepada yang lebih berhak karena merasa sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri, menjadi alasan Suyitno, seorang petani, warga Rt 14/Rw 05 Desa Karang Tengah. Serupa dengan Ibu Leni, IRT, warga Desa Air Muring, memutuskan mundur dari KPM PKH agar bantuan yang diprioritaskan untuk pendidikan dan kesehatan itu, dapat dinikmati oleh warga yang lebih membutuhkan. Sedikit berbeda dengan Ibu Rosiana, warga Cipta Mulya/Air Pandan. IRT ini, menyatakan mundur sebagai KPM PKH Putri Hijau setelah dirinya mendapatkan berkah dari Tuhan, dinyatakan lulus dalam seleksi CPNS, belum lama ini. Bagaimana kisah para pejuang berjiwa besar ini, memutuskan untuk berhenti menerima program bantuan dari pemerintah. Simak laporan berikut.
  • SIGIT HARIYANTO - PUTRI HIJAU
BERAWAL dari tahun 2008 lalu, Suyitno, warga Desa Karang Tengah Kecamatan Putri Hijau yang tinggal di Dusun III RT 14/RW 05, sudah masuk dalam pendataan masyarakat miskin atau kurang mampu. Kala itu, kondisi ekonomi Suyitno cukup berat karena Suyitno memiliki empat anak perempuan dan bertekad untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini membuat Suyitno dan istri harus memutar otak agar dapat menghidupi keluarga dan menyekolahkan keempat putrinya. Suyitno tak berputus asa menghadapi beratnya kehidupan, melalui peran istri yang rela menjadi buruh sadap di sejumlah perusahaan perkebunan karet. Suyitno dan keluarga bisa mengurusi isi perut keempat putrinya namun Suyitno masih memikirkan untuk mencari pundi rupiah agar dapat menyekolahkan keempat putrinya. Seiring berjalan waktu, sikap jujur dan ulet Suyitno dilirik tetangga rumahnya untuk mendapat kepercayaan menjadi seorang pengaduh ternak sapi. Dari situlah, berangsur Suyitno mulai mendapatkan modal dan berhasil memiliki sepetak kebun yang ditanami kelapa sawit hingga dapat menyekolahkan putrinya hingga ke perguruan tinggi. Tepatnya di tahun 2017, dari pendataan pemerintah tahun 2008, nama Suyitno muncul dan menjadi salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH. Dan saat itu, Suyitno masih memiliki tangungan satu orang putrinya yang masih menempuh pendidikan di bangku SMP. Berkat bantuan PKH ini, Suyitno merasa terbantu hingga putri bungsunya bisa mengenyam pendidikan di bangku SMP dan sekarang sudah berada di bangku kelas VIII. Memasuki tahun 2019 tepatnya di pencairan PKH tahap I lalu. Suyitno menerima bantuan terakhir dari PKH dan menyatakan, berhenti dari daftar KPM PKH. Diakui Suyitno, sejak akhir tahun 2018, ia memberanikan diri untuk mengajukan pengunduran diri dari KPM PKH kepada pendamping yang bertugas di desa dan baru dikabulkan serta berlaku pada pencairan PKH tahap I di tahun 2019 ini. \"Saya terbantu dan bersyukur dengan bantuan PKH ini. Saya menjadi ringan untuk membiayai sekolah anak yang sekarang masih di bangku SMP. Namun seiring berjalannya waktu, tepatnya di akhir tahun 2018. Saya merasakan hal lain setiap menerima pencairan dana PKH. Pertama, saya merasa ada beban moral dengan kondisi masyarakat lain yang masih di bawah saya. Kedua, saya merasa selama tahun 2017 sampai awal tahun 2019 ini, sudah sangat terbantu dengan program PKH. Terlebih, setelah saya diskusikan dengan istri. Kami merasa sudah tidak layak lagi untuk menerima bantuan ini. Bukan kami merasa sudah lebih. Tapi alhamdulillah, rezeki yang kami miliki sekarang sudah cukup untuk membiayai sekolah anak. Dan nampaknya bantuan ini lebih baik diberikan kepada warga lainnya yang lebih membutuhkan dari saya. Sehingga saya dan istri, memutuskan untuk berhenti menerima bantuan PKH dan melaporkan hal ini kepada pendamping yang bertugas,\" terang Suyitno, kepada wartawan koran ini saat disambangi dikediamannya. Diakui Suyitno, selain dimotivasi oleh kondisinya yang sudah merasa cukup. Niat untuk mengundurkan diri dari daftar KPM PKH ini juga tidak terlepas dari motivasi pendamping PKH yang bertugas. Diakui Suyitno, setiap pertemuan dengan kelompok, pendamping selalu mengoreksi perkembangan anggota KPM, pendamping juga memberikan pemahaman soal manfaat dan tujuan dari program yang diberikan pemerintah. Dari situlah, niat Suyitno untuk mengundurkan diri dari daftar KPM PKH semakin kuat. \"Pencairan yang saya terima di awal tahun 2019 kemarin adalah yang terakhir. Semua kartu PKH yang sempat saya pegang, sudah saya serahkan ke pendamping. Semua ini juga berkat peran pendamping yang aktif memberikan pemahaman kepada kelompok setiap pertemuan. Dari situlah, kami berfikir dan memutuskan untuk memberi kesempatan kepada yang lain. Karena saya sadar, masih banyak orang yang kondisi perekonimannya di bawah saya dan mereka lebih membutuhkan ini. Alhandulillah, hasil yang didapatkan istri saya menjadi buruh sadap di perusahaan mampu mencukupi kebutuhan pokok kami sekeluarga. Dan hasil saya mengaduh ternak dan hasil sedikit dari kebun sudah cukup untuk membiayai pendidikan anak saya. Saya ucapkan terimakasih kepada pemerintah yang sudah membantu kami untuk keluar dari kesulitan yang kami alami sejak tahun 2017 sampai awal tahun 2019 ini,\" demikian Suyitno. Sementara itu, Kades Karang Tengah, Ndaru Utomo, memberikan apresiasi kepada salah seorang warganya yang secara kesatria dan besar hati, mengundurkan diri dari KPM PKH. Ndaru mengaku, masih ada warga yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan dari pemerintah. Ndaru berharap, sikap jiwa besar warganya itu dapat memotivasi warga lainnya yang selama ini sudah mendapat bantuan dari pemerintah dan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, agar tidak ragu untuk mengundurkan diri seperti yang dilakukan oleh bapak Suyitno. \"Kami memberikan apresiasi kepada pak Suyitno. Semoga ini bisa memotivasi keluarga mampu lainnya dan membantu keluarga yang lebih membutuhkan. Sehingga program yang diberikan pemerintah dapat memberi manfaat yang positif dan upaya pemerintah untuk menekan angka kemiskinan bisa berjalan sesuai target,\" pinta Kades. Koorcam Pendamping PKH Putri Hijau, Asriyani, S.Hut, turut memberikan apresiasi yang tinggi, atas kesadaran KPM dampingan tim-nya itu. \"Alhamdulillah, atas kesadaran sendiri, bapak/ibu KPM kami yang berhati mulia ini, menyatakan mundur dari KPM PKH. Ini luar biasa dan kami sangat menghormati, memberikan apresiasi, semoga bisa memotivasi yang lain,\" singkatnya. Sekedar informasi, berdasarkan data lapangan yang berhasil dihimpun RU melalui petugas PKH di Putri Hijau. KPM yang memutuskan untuk berhenti menerima bantuan PKH ini juga diikuti oleh beberapa warga dari Desa Air Pandan, Cipta Mulya, Karang Pulau dan Air Muring serta sejumlah desa lainnya. (**)
Tags :
Kategori :

Terkait